Selasa, 19 Oktober 2010

Mutasi…



“Mutasi telah dilakukan kemarin, kawan2. Ada 88 semua yang di rolling,” kata Uyo’ pada kawan-kawannya.
“Ko’ 88, Yo’?” tanya Ujang.
“Bah, macam densus saza,” timpal Ucok.
“Maksud maneh teh, Densus 88 anti terror, Cok?” Ujang kembali bertanya.
“Ya iyalah,” kata Ucok. “Apa di daerah kau ada teroris, Yo’?”
“Saya ndak tahu, yang jelas aku pernah dengar sempat dilakukan penjagaan di perbatasan Gorontalo dan Bolaang Mongondow Utara, siapa tahu ada teroris yang masuk,” kata Uyo’ serius.

Ucok dan Ujang saling pandang kemudian terbahak. “Maksud Ucok teh Yo’, roling itu karena ada teroris di tubuh pejabat sehingga dipilih angka 88.”
“Wah, saya ndak tahu ya. Setahuku mereka cukup loyal pada atasannya sehingga agak susah loyal pada yang lainnya,” ujar Uyo’ masih serius.
“Waduh, Yo’, aku itu berguraulah. Yang jelas ada terorisnya, yang menteror atasannya.”
Mendengar itu, Uyo’ terbahak. Rupanya otaknya tak cepat menangkap gurauan kawan-kawannya.
Slamet dari tadi diam. Wong Jowo ini terus memandangi Uyo’. Di matanya, Uyo’ kali ini agak berbeda. Tak seperti biasanya, langsung marah atau tertawa gembira ketika mendapat informasi tentang peristiwa di daerahnya. Kali ini Uyo’ terlihat tenang walau otaknya nampak kurang lancar.
“Tantemu gimana, Yo’? Apa beliau selamat dari mutasi dan mendapat kedudukan yang lebih tinggi?” tanya Slamet.
“Wah, nggak tahu jelasnya, Met. Soalnya beliau belum menghubungi. Tapi biasanya kalau belum menghubungi begini, berarti masih aman2 saja.”
Ucok dan Ujang sekarang lebih memperhatikan Uyo’. Seperti Slamet, merekapun merasakan ada yang janggal.
“Mun saya teh yang jadi kamu, Yo’, sudah saya protes mutasi itu. Saya sudah berteriak di koran2,” Ujang memancing.
“Iyalah, akupun akan melakukan yang sama. Bupati kau itu kan sudah tak lama lagi memerintah, tak bolehlah dia melakukan mutasi besar2an begitu. Kalau di daerahku, sudah aku protes pula,” Ucok tambah memanasi.
“Buktinya terjadi, mau apalagi?” kata Uyo’, diapun berdiri dan pergi. Ketiga temannya hanya saling pandang dengan kerutan di dahi. Dalam pikiran ketiganya sepakat bahwa ada rasa yang disimpan Uyo’. Dan ketiganya tak tahu rasa apa itu, marahkah, gembirakah. Yang jelas sepertinya Uyo’ pasrah.
(20/10/2010)

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan meninggalkan Komentar...
Tapi maaf komentar Anda perlu dimoderasi, bukan untuk menghilangkan hak Anda berkomentar tapi untuk menghindari penggunaan "kalimat2 yang tidak perlu"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Daftar Isi Blog

Teman di FB