Minggu, 19 Desember 2010

Ir. Ahmad Zulfi Mokodompit

Birokrat yang Terbuka

Kami dan Ir. Ahmad Zuhfi Mokodompit sesungguhnya baru saling kenal namun perkenalan yang punya kesan mendalam. Kami mengenal beliau sepintas saat seminar Rancangan Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Kotamobagu di Lembah Bening Resto November lalu. Waktu itu beliau berbisik pada kami agar bisa ikut berperan dalam diskusi, terutama diskusi soal RPJP Budaya yang dibahas khusus saat itu.
Merupakan kehormatan bagi kami diminta oleh Kepala Bapeda, juga ada beberapa hal yang memang ingin kami diskusikan saat itu. Sayangnya kami tak bisa bicara banyak dalam seminar tersebut karena banyak urusan di luar.
Saat bertandang ke kediaman beliau, keramahan dan keterbukaan itu sangat nampak. Jadinya bukan sekadar wawancara yang ada tapi lebih banyak ke sharing pendapat.
“Di masa sekarang, peran aktif seluruh elemen masyarakat dalam ikut merencanakan dan mengawasi jalannya pembangunan sangat diperlukan. Masa-masa ketika segalanya ditentukan oleh pemerintah sudah lewat,” katanya.
Apakah ini tidak mempengaruhi wibawa pemerintah?
“Kurasa tidak, bahkan sebaliknya. Lagi pula leluhur kita sangat disegani di dalam masyarakatnya sendiri dan di luar karena mereka menerapkan system keterbukaan ini. Bukankah dodandian Paloko-Kinalang sesungguhnya filosofinya adalah keterbukaan? Tonoi aku’oi ba bibitonku mo’iko mengandung pesan bahwa dalam membangun untuk kemajuan dan kesejahteraan bersama harus ada kerjasama antara pemerintah dan masyarakat,” jawabnya.
Lebih lanjut, pria kelahiran 08 Januari 1965 ini memberikan contoh pelaksanaan musyawarah di beberapa desa yang masih mendasarkan pada tradisi turun temurun, ternyata Sangadi, Juru Tulis, Para Porobis, dan perangkat desa lainnya ternyata sangat mempunyai wibawa sehingga disegani.
“Keterbukaan sesungguhnya merupakan karakter kita yang bersumber dari budaya. Karena itu perlu disematkan juga dalam dada generasi muda kita sehingga mewarnai perilakunya,” sarannya.
Suami dari Nessy Mokoginta ini menganggap budaya sangat penting. Karena itu, ketika dia diangkat menjadi PLT Kepala Bapeda Kota Kotamobagu, dia pun langsung menyusun RPJM Budaya.
“Walikota dalam visinya memang berharap Kotamobagu bisa menjadi wilayah yang mempertahankan budaya dan menjadikan budaya sebagai bagian dari karakter kita. Dan visi ini kita jabarkan dalam RPJM Budaya. Keseluruhan produk perencanaan yang diseminarkan beberapa waktu lalu merupakan kerja bersama semua pihak, terutama di Bapeda dan Staf Ahli. Semua pihak di Bapeda memang kami sarankan untuk memberikan masukan,” tegasnya.
Menurut Ayah tiga anak ini, secara kedalam budaya akan menjadi alat perekat untuk bersama-sama membangun. Sedangkan ke luar, budaya bisa menjadi nilai jual.
“Di zaman modern sekarang ini, para turis maupun mereka yang ingin menyantaikan pikiran akan ke daerah yang masih mempertahankan kealamian. Terutama daerah yang mengamalkan tradisi. Dan kita akan coba manfaatkan hal ini,” tukasnya.
Papa Fahmi, demikian beliau biasa dipanggil, mencontohkan Bali. Walau baru beberapa kali ke pulau Dewata ini, namun menurutnya banyak pelajaran yang bisa diambil. Menurutnya, Bali hanya menjual alam dan tradisi yang kesemuanya sebenarnya ada di Bolaang Mongondow Bersatu, termasuk Kotamobagu. Bahkan dibeberapa sisi menurutnya Bolaang Mongondow Bersatu melebihi Bali. Yang jadi tantangan ke depan adalah bagaimana menggali dan dan memasarkan alam dan budaya kita.
Melalui tabloid ini, Papa Fahmi mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk ikut memberikan masukan apa yang harus dilakukan dalam membangun Kotamobagu, terutama membangun dan memperkokoh budaya.
“Kita sangat terbukan untuk masukan-masukan yang dapat menunjang percepatan pembangunan, terutama pembangunan budaya kita,” tutupnya. (Anuar Syukur)

Artikel Terkait:

2 komentar:

  1. So kase brapa pangana sampe mobatulis orang pe profile bagini? Co kase jelas kasana kalu so apa yang dia ada bicara trus dia bekeng...

    Lamuuuu samua...

    BalasHapus
  2. Wah, jangan babicara bagini. Silahkan tanya pa bersangkutan kalau beliau kase brapa pa kita. Kalau tak senang dengan tulisannya jangan langsung menuduh...

    Kalau kita berkesempatan berbincang dengan ente dan kita rasa bisa dituliskan, kita akan menuliskan. Samantara kita nintau pa ente. Ba koment jangan pake anonim kua', hehhe...

    BalasHapus

Silahkan meninggalkan Komentar...
Tapi maaf komentar Anda perlu dimoderasi, bukan untuk menghilangkan hak Anda berkomentar tapi untuk menghindari penggunaan "kalimat2 yang tidak perlu"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Daftar Isi Blog

Teman di FB