Selasa, 31 Agustus 2010

OM YAL YANG KUKENAL



Pandanganku Tentang Drs Syachrial Damopolii MBA

Ketika pulang tahun 1999, saya sempat menggoda Papa saya dengan menanyakan partai yang beliau pilih saat Pemilu pertama di era reformasi.
“Saya memilih Partai Syarikat Islam, itu sebenarnya partai kami sejak zama dulu, juga partainya orang tuaku,” kata Papa Tegas.
Aku hanya tersenyum. Papa adalah guru yang sejak terdaftar sebagai PNS memang sudah diharuskan untuk memilih Partai tertentu yang waktu itu tak ingin dianggap partai. Setahuku, walau memang diperintahkan namun Papa selalu melawan dalam diam. Dan sekarang beliau melawan terang-terangan.
“Tapi untuk provinsi (maksudnya DPRD Tingkat I/DPRD Provinsi) saya tetap memilih partai lama karena Syachrial mencalonkan dari partai ini,” sambung beliau yang cukup mengagetkanku. Siapa Syachrial yang telah mengubah kekakuan Papa?
Ternyata Syachrial (yang untuk sopannya biasa kutulis Om Yal) adalah teman Papa dan Mama ketika di Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP). Papa menganggap pribadi orang yang bernama lengkap Drs Syachrial Damopolii MBA ini sangat layak menjadi wakil Bolaang Mongondow di DPRD Provinsi. Sayang, waktu itu itu aku tak sempat ketemu Om Yal karena harus kembali ke Jawa untuk menyelesaikan kuliah.
Tahun 2005 saya diwajibkan Mama pulang karena kuliah sudah selesai dan Papa sudah tiada. Di sini saya tahu bahwa Om Yal sudah jadi Ketua DPRD Sulut, bahkan ini periode kedua beliau menjadi Ketua. Saya ingin ketemu namun sungkan. Di penghujung 2006, aku diperkenalkan oleh Drs Syamsudin Akub pada beliau.
“Bagaimana kabarnya Judin?” itu yang pertama kali beliau tanyakan. Aku cukup kaget. Pantas Papa almarhum tetap memilih partai lama untuk DPRD Provinsi hanya karena Om Yal mencalonkan diri dari partai ini. Tak melupakan orang, itu kesan pertama saya tentang beliau. Beliau dan Papa sudah 40 tahun lebih tak berjumpa, tapi beliau tetap mengingatnya seperti Papa mengingat beliau.
“Papa sudah meninggal tahun 2000 lalu, Om Yal,” kataku.
Beliau menyatakan ikut berduka. Selanjutnya kami masuk ke ruangan beliau. Di sini beliau menguraikan kenangan pertemanan dengan Papa yang sejujurnya membuat aku jengah. Djudin Syukur, Papa ku, adalah pribadi sendiri diluar aku walau jelas darah beliau yang ada padaku. Aku tak ingin dibawah bayang-bayang Papa almarhum sehebat apa pun beliau.
“Terkait Pilwako, Om Yal, saya tak bisa membantu banyak kecuali sesuai kemampuan saya. Bahkan saya tak bisa menggiring orang di rumah untuk memilih Om Yal,” kata saya jujur, memotong nostalgia beliau.
“Kalau begitu, bantulah dengan tulisan-tulisan serta pemikiranmu,” kata beliau, seolah jawaban itu sudah dirancang.
Hari itu, hanya itu pembicaraan kami terkait politik, terutama terkait Pilwako di Kotamobagu. Pada waktu-waktu selanjutnya, beliau sangat sedikit mencampuri apa yang kuperbuat terkait profesiku dalam membantu beliau. Perintah beliau hanya berbentuk pokok-pokok yang harus aku jabarkan.
Penulis, jika bisa dikatakan profesi maka dia merupakan profesi yang aneh. Biasanya dia akan menghasilkan sesuatu yang kurang baik, kurang indah, kurang mengena, ketika semua harus diatur dengan aturan yang kaku dan baku walau tulisan itu pesanan. Dan rupanya beliau sangat memahami hal ini.
Beliau sangat memahami profesi! Itu kesimpulan kedua yang saya lihat dari beliau.
Punya tanggung jawab sebagai wakil rakyat, itu yang ketiga. Selama menjadi wakil Bolaang Mongondow di DPRD Sulut, cukup banyak proyek pembangunan dari Provinsi yang mengalir ke Bolaang Mongondow, terutama pembukaan jalan perkebunan yang kebanyak dikerjakan oleh kontraktor dari bumi para Bogani ini. Walau demikian, dia tak mentolerir kesalahan. Saya pernah menyaksikan beliau memarahi kontraktor yang asal-asalan mengerjakan proyek.
“Kita semua yang akan rugi jika proyek pembangunan tidak kita kerjakan dengan benar karena ini akan terkait dengan kepercayaan dari luar,” katanya.
Dia politisi yang merakyat. Selain tak melupakan orang-orang yang sempat beliau kenal, beliau juga bisa berkomunikasi dengan siapapun. Rumahnya di Mokoit, Poyowa Kecil, biasa didatangi masyarakat dari segala golongan dan mereka bercengkerama dengan beliau layaknya keluarga.
Dan yang paling saya salut dari beliau adalah beliau tak mengorbankan rakyat yang mendukungnya. Pilwako lalu adalah contoh. Ketika pasangan Drs Syachrial K Damopolii MBA-Sutomo Samad BBA resmi dinyatakan kalah, massa yang memadati rumah beliau di Mokoit meluapkan kemarahan pada pihak-pihak yang dipandang menjadi penyebab kekalahan. Massa sudah siap bergerak waktu itu. Namun beliau meredam.
“Kita tak boleh membuat kerusuhan yang hanya akan merugikan diri kita sendiri. Mari kita serahkan proses ini pada institusi yang berhak serta pada Tuhan,” katanya di depan massa yang sanggup menahan emosi massa.
Tak sebatas itu. Beliau mengundang organ dan malam itu, setelah pengumuman bahwa dirinya kalah dalam pertarung, lantunan lagu gembiran (yang beliau persyaratkan pada semua yang menyanyi) mengalun membela langit Mokoit. Walau tetap sedih namun tangan dan kaki massa menari mengikuti irama lagu.
Keadaan ini tak hanya membingungkan orang yang hidup, bahkan aku yakin arwah Loloda Mokoagow juga bingung. Betapa tidak. Loloda Mokoagow telah mengeluarkan kutukan, dia mengatakan perebutan kekuasaan di bumi para Bogani akan selalu berakhir kekacauan. Saat Pilwako, sesungguhnya kekacauan sudah di depan mata, massa sudah siap bergerak. Namun, Om Yal, dengan penuh kesadaran dan keikhlasan meredamnya agar tidak timbul korban.
Luar biasa!
***
Om Yal memang tetap manusia, terlebih beliau adalah politisi. Banyak langkah beliau yang menurut pandangan awam saya tidak sesuai, bahkan saya tentang. Namun pandangan negative tentang beliau tak menutupi sisi positifnya. Bagi saya, beliau tetap politisi yang fenomenal. Bukan saja beliau sempat menjadi Ketua DPRD Sulut sampai dua periode, suatu posisi yang sangat susah diduduki oleh orang dari Bolaang Mongondow. Namun beliau juga punya sifat yang terkadang bertolak belakang dengan politisi lain—suatu sifat yang bagi saya positif.
Semoga sifat positif beliau ini menjadi referensi bagi politisi lain, terutama politisi muda yang sekarang sedang mengembangkan karir politiknya. (Anuar Syukur)

Artikel Terkait:

3 komentar:

  1. bagi saya kberadaan dan pengalaman Om Yal adalah merupakan salah satu contoh yg patut ditiru oleh generasi muda... oleh karena itu kdepan Bolaang Mongondow harus mampu melahirkan pemimpin2 baru yang mampu bahkan (kalau bisa)akan melebihi kemampuan Om Yal...

    BalasHapus
  2. War, target tulisan ini ada kaitan dengan Pilkada Bolmong taon datang?

    BalasHapus
  3. @ anonim: Saya setuju, kita memang harus belajar pada orang yang menurut kita cukup mumpuni dan dipanggung politik Oom Yal bisa dikatakan sebagai guru. Keberhasilan seorang guru adalah dapat melahirkan murid yg lebih hebat dibandingkan dirinya, begitu juga keberhasilan murid ketika dia mampu membuktikan bahwa dirinya lebih hebat. Karena itu, bagi para politisi muda, silahkan berguru ke beliau.

    @Avicenna: Silahkan ditafsirkan apa saja. Yang jelas, tulisan ini benar2 bersumber dari interaksi saya dgn beliau serta beberapa orang yang kenal beliau.

    BalasHapus

Silahkan meninggalkan Komentar...
Tapi maaf komentar Anda perlu dimoderasi, bukan untuk menghilangkan hak Anda berkomentar tapi untuk menghindari penggunaan "kalimat2 yang tidak perlu"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Daftar Isi Blog

Teman di FB