Rabu, 22 Desember 2010

Mengakali Emas di Gubug



Cirita:
Mengakali Emas di Gubug
Alkisah, ketika VOC datang ke Bolaang Mongondow maka dia pun menghadap ke Punu’.
“Kami diutus oleh Ratu kami untuk mengadakan kerjasama damai dengan Punu’. Sebagai tanda kedamaian hati kami dalam bekerjasama maka kami telah membawa hasil dari negeri kami. Sudilah kiranya Tuan Punu menerima,” kata pemimpin VOC itu. Contoh barang yang dibawa pun dihaturkan pada Punu’. Ada kelapa, rempa-rempa, dan lainnya. “Ini tanaman bisa tumbuh di wilayah Tuan Punu. And kami akan membeli kembali hasilnya nanti,” lanjut pimpinan VOC itu lagi.
Punu’ sangat senang. Dia pun memberi tempat di ruang tamu pada orang-orang VOC ini.
Pada suatu hari, pimpinan VOC menghadap lagi pada Punu’.
“Kami dengar, Tuan Punu’ punya orang-orang kuat-kuat. Apa kita orang bisa adakan lomba ada kuat-kuatan?” tanya pimpinan VOC.
“Oh, silahkan,” kata Punu’.
Maka diadakanlah lomba untuk mencari 10 orang kuat. Akhirnya didapatkanlah 10 orang kuat. 4 terkuat utama diberi hadiah oleh VOC dan menjadi pengawal VOC. 6 terkuat kedua diberi hadiah oleh Punu’ dan menjadi pengawal Punu’. Punu’ mau dengan pembagian ini karena sebenarnya semua hadiah dari VOC, termasuk hadiah yang dia berikan sehingga otomatis Punu’ tak perlu mengeluarkan biaya.
Dengan dikawal 4 orang pilihan, VOC pun merasa aman. Dia mulai turun ke masyarakat.
Suatu hari dia mampir minta air minum ke gubug yang dibangun di atas batu (dalam bahasa Mongondow disebut: Pinolitu’). Sebelum sampai, sepatu sang VOC mengenai batu yang menyangga salah satu tiang. Batu itu terbelah sedikit. Alangkah kagetnya sang VOC ketika mendapatkan batu mengandung emas. Dahaganya langsung hilang. Dia pun ke batu di tiang lain, memenggalnya sedikit, ternyata batunya juga mengandung emas. Ketika dia ke dapur, di dapatkannya tempat memasak dari tiga batu (dalam Mongondow disebut: doluong). Iseng-iseng dia pun menowel tiga batu tersebut, ternyata mengandung emas juga.
Maka, sambil meminum air losing (air nira), sang VOC pun memikirkan cara untuk menguasai gubug itu. Ketika pulang, dia bertanya pada pengawalnya yang memang berasal dari rakyat jelata. Dengan senang hati para pengawal menceritakan bahwa orang Bolaang Mongondow akan bersikap baik ketika diperlakukan dengan baik.
Sang VOC pun membangun rumah megah, dua buah di dua tempat yang berbeda. Setelah selesai, yang satu dia berikan pada Punu’, sedang yang satu dia datangi pasutri tua di gubug itu.
“Opa and Oma seharusnya sudah tidak di gubug ini. Opa and Oma pantas berada di tempat yang lebih baik. And saya sudah membangun rumah untuk Opa and Oma. Silahkan, ini Opa and Oma ambil,” katanya sambil memberikan kunci rumah megah itu.
Pasutri tua itu terdiam beberapa jenak. Mereka kaget. Mereka mencoba bertanya pada diri sendiri tentang mimpi masing-masing semalam. Mereka senang luar biasa. Sampai-sampai mencium tangan sang VOC.
“Ney, ney. Opa and Oma tak perlu berterimakasih pada saya. Berterimakasihlah pada Tuhan,” kata VOC merenda.
Pasutri tua beranak dan bercucu banyak itu benar-benar kagum pada VOC. Dia sopan dan memberi tanpa imbalan.
Setelah beberapa saat menikmati rumah itu, sang VOC pun mendatangi lagi pasutri itu. Dia menanyakan apa Opa and Oma senang tinggal di rumah itu yang disambut pasutri itu dengan uraian kata-kata gembira yang diselingi air mata. Tak hanya itu, pasutri itu pun mengumpulkan anak-cucunya yang banyak itu.
“Kalian harus jaga tuan ini, kalau perlu dengan nyawa kalian. Jangan sampai dia disakiti oleh siapapun,” kata Pasutri itu.
Pada kali berikutnya, VOC datang lagi ke pasutri itu. Kali ini dia mengeluh.
“Opa and Oma, saya jadi susah tidur. Di istana terlalu ramai. Saya ingin menyendiri. Dan saya ingin di gubug milik Opa and Oma. O, neye, ney. Jangan salah heh, gubug dan tanahnya itu akan saya beli,” kata VOC.
“Bukan begitu, Tuan. Maksud kami, Tuan tak perlu membeli tanah dan gubug kami. Kami justru akan menyerahkannya pada Tuan karena Tuan sudah terlalu baik pada kami. Toh kami masih bisa membuka ladang baru. Tanah di Bolaang Mongondow masih luas begini,” kata Pasutri itu.
(Dituliskan oleh Anuar Syukur berdasarkan penuturan dari Muhammad Salim Lanjar)

Artikel Terkait:

3 komentar:

  1. Waduh Ceritanya bagus bgt...!! ada ljutanya juga ggk..?? Salam knal yah bank Anuar. mampir jga liat2 d http://totabuan.forumid.net

    BalasHapus
  2. Kalau bisa, kita undang lagi penjajah agar jelas musuh kita sehingga kita bisa bersatu melawannya. Bukan begitu, Bung?

    BalasHapus
  3. artikel yg mantab,, sharing di Orang Lolak

    BalasHapus

Silahkan meninggalkan Komentar...
Tapi maaf komentar Anda perlu dimoderasi, bukan untuk menghilangkan hak Anda berkomentar tapi untuk menghindari penggunaan "kalimat2 yang tidak perlu"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Daftar Isi Blog

Teman di FB