Sabtu, 10 Maret 2012

KABINET BERSATU DAN CERAHNYA DUNIA PENULISAN


Bupati Salihi Mokodongan melantik Kabinet Bersatu
Ada yang perlu saya jelaskan diawal, yaitu: (1) Saya sengaja membuat tulisan ini tak lama setelah dilakukan roling karena saya ingin mencoba membuktikan kebenaran dari apa yang saya tuliskan, (2) Saya sengaja memfokuskan pada dunia penulisan terutama buku/novel/puisi/kreasi lainnya karena ini dunia saya.
***

Saya pernah menuliskan tentang mimpi seorang Salihi dan kebutuhannya pada kabinet yang kuat dalam kerangka mewujudkan mimpi tersebut. Mimpi besar beliau adalah mengembalikan keperkasaan Bolmong sepert pada masa para Punu'. Maka beliau memesankan agar memperkenalkan daerah ini pada orang luar.
Saya sangat sepakat dengan beliau karena saya mengalami sendiri betapa tidak dikenalnya daerah ini. Karena tidak dikenal maka jelas akan susah bagi kita untuk duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan daerah lain. Lha, bagaimana bisa duduk sama rendah maupun berdiri sama tinggi, dalam pertemuan dengan orang dari daerah lain saja kita harus menguraikan siapa kita sampai berbusa-busa. Kita bahkan kalah dengan suku pedalaman Papua, suku Asmat di mana mereka cukup memperkenalkan diri sebagai orang Asmat maka semua orang akan mengangguk tahu.
Jelas kita harus memperkenalkan diri kita. Dan disinilah kesamaan mimpi saya dengan Bupati. Kami pernah merasakan bagaimana susahnya ketika kita memperkenalkan diri sebagai ORANG BOLAANG MONGONDOW, pertanyaan sampai pernyataan yang terkait dengan eksistensi kita akan muncul. Sampai-sampai ada yang bilang: War, apa BOLAN MANDOW itu bukan di Timor Timur sana karena kaga' ada di peta.
Sebagai putra Totabuan, jelas saya marah. Sudah penyebutannya salah, mengatakan Bolaang Mongondow di luar Indonesia lagi. Tapi tak mungkin kuajak mereka berantem karena jelas saja akan kalah. Lha wong memang susah ditemukan dalam peta!
Tulisan adalah media efektif untuk memperkenalkan diri. Kalau saat itu ada buku tentang atau terkait dengan Bolaang Mongondow di Gramedia atau di Perpustakaan, pasti saya sudah bilang: "Kalo lo bisa baca, bacalah buku ini. Kalo lo gak bisa membaca, biar orang Bolaang Mongondow ini yang mengajari !!!!..."

Sayangnya...
Bagi saya, dunia penulisan sangat penting karena melalui tulisan kita akan bicara banyak hal, termasuk dalam memperkenalkan daerah. Karena itu, saya berkosentrasi di sini ketika kembali ke daerah tahun 2005. Saya tidak mengabaikan tawaran kesibukan lain tapi tetap memfokuskan pada dunia penulisan.
Saya pun berusaha berkomunikasi dengan pihak-pihak yang menjadi pengambil kebijakan, melakukan kegiatan-kegiatan nyata seperti peluncuran karya, sayangnya tanggapan masih minim. Sampai detik ini baru Pemkot Kotamobagu yang memperhatikan walau belum melalui kebijakan yang saya harapkan. Beberapa individu seperti Hi Arya Sukma Malah, Agung Adati dan Muhammad Salim Lanjar juga memberikan sumbangsi. Begitupun kawan-kawan media yang selalu memberi ruang.
Karena sumbangsi mereka, Alhamdulillah saya terus bisa melangkah walau tertatih-tatih. Bahkan awal 2011 novel saya yang berjudul JATUHNYA SANG BINTANG telah beredar di Gramedia se Jabotabek, Bandung, Makasar, Lampung dan Batam. Novel ini endorsement di sampul belakang ibu Wakil Walikota, Ir Tatong Bara dan Hi Aria Sukma Malah SPd serta logo dari 5 daerah di Bolaang Mongondow Raya—yang membiayai penerbitan novel ini adalah Pemkot Kotamobagu, Djelantik Mokodompit dan Aria Sukma Malah dan beberapa pihak yang peduli.
Ada juga suara sumbang yang mengatakan bahwa saya berbicara banyak tentang dunia penulisan karena kepentingan pribadi. Alhamdulillah, pernyataan yang memojokan ini terjawab saat peluncuran novel saya di aula kantor Walikota Kotamobagu di mana guru, siswa dan masyarakat meminta agar karya-karya saya diadakan oleh Diknas dan Perpustkaan sehingga bisa dibaca. Ini menandakan bahwa masyarakat luas, terutama di dunia pendidikan sesungguhnya membutuhkan.
Sekali lagi, sayangnya belum ditemukan kebijakan yang tepat.

Harapan Baru di Bolmong
Menurut orang bijak, seseorang akan melakukan apa saja ketika dia memahami terlebih melakoni apa yang Anda lakukan. Saya melihat ini pada cabinet Bersatu yang baru dlantik beberapa waktu lalu. Saya mengenal cukup banyak pihak di dalam cabinet sekarang yang cukup kreatif, bahkan mempunyai kreatifitas tersendiri seperti Pak Hamri Manoppo.
Saya tak perlu membohongi diri dan terlalu bermanis muka. Bahwa tak jarang berbeda pandangan, berbeda kebijakan, berbeda dalam bermacam hal. Tentu itu bukanlah persoalan yang biasa. Namun berbagai perbedaan ini menurut saya akan membuat masing-masing pihak dapat memahami pihak lain dan sedapat mungkin untuk bisa menyatukan langkah sepanjang masih bisa melangkah bersama. Karena itu saya memandang bahwa bersama Pak Hamri Manoppo, kepenulisan di Bolaang Mongondow mempunyai harapan.
Terlebih di dalam cabinet ini ada PakDjek Damopilii yang sempat berbincang tentang bagaimana pengembangan kreatifitas sehingga bermanfaat untuk daerah. Juga masih banyak lagi.
Tentu saja harapan itu akan kita lihat perwujudannya nanti. Semoga… (Anuar Syukur, owner RUMAH DINANGOI—tempat diskusi dan kuliner serba Mongondow)

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan meninggalkan Komentar...
Tapi maaf komentar Anda perlu dimoderasi, bukan untuk menghilangkan hak Anda berkomentar tapi untuk menghindari penggunaan "kalimat2 yang tidak perlu"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Daftar Isi Blog

Teman di FB