Tempat penjualan kopra di depan RUMAH DINANGOI |
Karena masyarakat masih berkultur agraris maka alumni D3 Fakulas Pertanian Institut Pertanian Bogor ini berpendapat dunia pertanian masih perlu diperhatikan. “Mengingat lahan di Kotamobagu sudah sempit maka perlu dicarikan komoditi yang tepat guna bagi masyarakat karena komoditi yang perlu lahan luas seperti jagung dan padi tak mungkin lagi diandalkan. Menurut saya, selan tanaman obat, penanaman sayur dataran rendah juga cocok di sini. Pasar pasti akan menyerap mengingat kepadatan penduduk di Kotamobagu sangat tinggi,” ujarnya.
Namun, peraih Sarjana Pertanian dari Universitas Brawidjaya Malang ini menegaskan bahwa pertanian tidak bisa sepenuhnya menjadi andalan Kotamobagu mengingat wilayah dan lahan pertanian yang sudah sempit. “Sektor pertanian hanya digalakan untuk transisi ke industry dan jasa sehingga yang perlu dilakukan terkait dengan sector pertanian ini adalah bagian yang dapat menunjang industry dan jasa,” katanya.
Lebih lanjut, Mokodompit mengemukakan bahwa pasar komoditi menjadi solusi penghubung antara dunia pertanian dengan industri dan jasa. “Untuk Kotamobagu kita tak bisa lagi bergerak terlalu jauh ke arah budidaya atau ke agronomi melainkan sudah harus ke agribisnis yang berarti Kotamobagu dijadikan sebagai pusat pemasaran hasil pertanian. Dan melihat sumberdaya yang ada pada kita, terutama jika kita melihat wilayah Passi, Bilalang, Modayag, dan Lolayan sebagai daerah terdekat dengan Kotamobagu dan bisa menjadi penyangga pasar komoditi di Kotamobagu maka saya meyakini pasar komoditi di Kotamobagu akan dapat menyaingi pasar sayur mayur di Pujon Malang yang saat ini telah menjadi standar harga sayur mayur internasional. Saya optimis dengan ini karena kita cukup dekat dengan Negara tetangga yang memang memerlukan pengiriman hasil
pertanian dari kita,” yakinnya.
Dengan pembangunan pasar komoditi dan intensifikasi pertanian, Mokodompit meyakini Kotamobagu dapat berkembang. “Saya tak begitu percaya pada siapapun yang mengatakan bahwa Kotamobagu akan berkembang dengan mengandalkan industry dan jasa namun meninggalkan pertanian karena sesungguhnya untuk saat ini pertanianlah yang dapat kita andalkan di Bolaang Mongondow, termasuk Kotamobagu,” tutupnya.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan meninggalkan Komentar...
Tapi maaf komentar Anda perlu dimoderasi, bukan untuk menghilangkan hak Anda berkomentar tapi untuk menghindari penggunaan "kalimat2 yang tidak perlu"