Minggu, 03 Juni 2012

Tertolak, Ganigir Tanpa Mendung 2


2. Tertolak

Bagi orang banyak, keberadaan Tawakal sebagai anak haram dari Aki Bonok jelas akan tertolak. Tawakal kecil itu ganteng, hidungnya mancung, kulitnya sawo cenderung ke putih, perawakannya bisa dipastikan akan tinggi--lha baru kecil saja begitu sudah tinggi bagaimana setelah dia besar nanti. Ini sangat kontras dengan Aki Bonok yang pendek, hitam serta berhidung sedang, terlebih tubuhnya yang sudah membongkok karena terlalu sering menyandang obito telah membuat Aki Bonok benar-benar seperti manusia kalangan bawa di masyarakat Mongondow waktu itu. Tak ada satupun ciri yang ada pada Aki Bonok yang menurun pada Tawakal, andai benar dengungan beberapa orang bahwa Tawakal itu anak dari Aki Bonok. Aki Bonok sesungguhnya sudah menolak Tawakal anak kandungnya, tapi ya namanya saja dengungan ya tetap saja muncul. Namun dengungan itu menghilang begitu saja seiring kenyataan yang ada.
Ada dengungan lain yang mengatakan Tawakal itu sesungguhnya anak hasil Turney yang dibuang orang tuanya karena malu. Soalnya kulit dan wajahnya memang seperti pejabat pada umumnya. Namun ini terbantahkan mengingat tak akan ada yang membuang anak pejabat meskipun itu anak hasil turney, bahkan ada kebanggaan. Lihat saja Goros yang mengumumkan bahwa bapaknya itu Abo Langag walau dia hanya anak hasil turney. Maka inipun menghilang begitu saja, terlebih keluarga Goros keberatan dengan dengungan ini.
Maka yang bertahan hanyalah Tawakal anak pengikut Hatibi Dibo Mokoagow. Sesungguhnya pernyataan ini cukup memberatkan Tawakal. Menjadi anak pengikut Hatibi Dibo Mokoagow berarti anak pemberontak. Pintu untuk mengabdi di luar jadi petani langsung terkunci. Padahal Tawakal anak yang cerdas. Pengetahuan keagamaan yang diajarkan Abah Ali sangat cepat dia tangkap. Walau dia tak begitu menonjol karena memang tidak ditonjolkan. Goros yang sesungguhnya jauh lebih tua darinya dan sudah saatnya mengalihkan adzan dan qamat pada yang lebih muda tak pernah memberikan kesempatan itu, terlebih pada Tawakal yang dia pandang sebagai pesaing.
Namun nampaknya Aki Bonok punya tekad untuk membuat Tawakal menonjol, tak hanya di kampung Lipu' Dotamonag melainkan di Mongondow. Tawakal sempat mendengar pembicaraan antara Aki Bonok dan adiknya pada malam Jumat. Aki Bonok nampak tidak kelelahan walau isi obito yang dia bawa lebih banyak dari biasanya.
"Jadi Paya, kau simpanlah baik-baik yang aku bawa dari kebun itu. Cobalah bagaimana caranya agar tidak busuk sampai di hari ahad karena pagi-pagi akan saya bawa pada tuang Belanda," terdengar suara Aki Bonok.
"Lho, kalau mau dibawa ke Belanda, sebaiknya diantar saja sekarang, Bonok. Biar masih segar," sambut Paya.
"Tidak. Akan aku bawa hari ahad saja sebelum mereka ke gereja..."
"Kamu mau apa to, Bonok? Apa kamu mau dimandikan Belandaa? Apa kamu mau kafir?" potong Paya.
"Mulutmu itu, kalau bicara ya dipikir-pikir. Tak ada yang mau dimandikan Belanda," bentak Aki Bonok. Sesaat suasana sunyi. "Maksudku begini, Paya. Tawakal ini cerdas, pisiknyapun pantas. Ya anaknya pengikut Hatibi Dibo. Nah karena dia cerdas dan pantas maka saya hendak meminta tolong pada Belanda agar Tawakal bisa diterima di sekolah Belanda. Siapa tahu nanti dia bisa jadi pejabat walau tentu pejabat kecil saja dahulu."
Terdiam beberapa jenak, kemudian menggelegar tawa dari Ba'ai Paya. Suara tawa itu seperti tawa yang disimpan-simpan kemudian bobol, mirip bendungan bobol.
"Jangan marah Bonok, jangan tersinggung ya, hahahaha..."
Ba'ai Paya terus saja tertawa. "Kamu itu ... kamu itu ... kalau capek ya sana tidur, jangan ngomong ngelantur. Mimpi kok ya mata masih terbuka begitu, hahaha..."
"Ini susahnya kalian, kalian ini tak pernah punya mimpi," bentak Aki Bonok yang disambut tawa Ba'ai Paya.
Setelah itu, Tawakal mendengar dengkuran dari Aki Bonok. Ba'ai Paya walau terus menertawakan kakaknya namun tetap juga melaksanakan apa yang diperintahkan Aki Bonok padanya.
Besoknya, di masjid, diumumkan berita yang menggembirakan. Sarekat Islam yang baru saja menggelar kongres di Manado akan juga meluaskan organisasinya di Mongondow. Organisasi ini sangat cepat jadi bahan pembicaraan karena Abo' Abraham Patra Mokoginta mendukung penuh organisasi ini dengan mengangkat Adampe Dolot dari Molinow sebagai ketuanya. Jika ada kalender maka masyarakat Lipu' Dotamonag akan tahu bahwa pada saat itu tahun 1923 dan Tawakal telah berusia 6 tahun.
Tawakal sudah diberitahu oleh Abah Ali tentang Sarekat Islam ini. Awalnya Sarekat Islam hanya perkumpulan para pedagang di Jawa sehingga disebut Sarekat Dagang Islam yang kemudian berubah menjadi Sarekat Islam agar bisa merangkap seluruh kalangan. Dan karena sekarang Sarekat Islam perlu menegaskan sikap politiknya yang tak mau bekerjasama dengan Belanda maka ditambahkanlah kata "partai" sehingga menjadi Partai Sarekat Islam. Abah Ali menjelaskan itu dengan berapi-api dihadapan Tawakal.
"Engkau harus mendukung gerakan ini, Wakal. Toh orang tuamu telah menolak bekerjasama dengan Belanda," kata Abah Ali.
Tawakal hanya mengangguk namun baginya kehadiran gerakan Sarekat Islam tak begitu menarik. Sarekat Islam itu tidak dia ketahui seperti apa, Jawa itu di mana dan seperti apa orang-orangnya, Tawakal sungguh tak tahu. Dalam lingkup pergaulannya yang hanya di Lipu' Dotamonag, dia sungguh buta tentang hal itu. Terlebih dikaitkan dengan tidak ingin bekerjasaama dengan Belanda. Pikiran dangkal Tawakal menolak pernyataan pihak yang tak ingin bekerjasama dengan Belanda karena baginya itu tak mungkin. Lha, Datu saja yang kekuasaannya melingkupi bulud bo lopa' takin balangon, gunung lembah serta lautan, tapi tetap bekerjasama dengan Belanda walau tetap enggan, apalagi hanya rakyat jelata. Mata masih terbuka lebar kok ya sudah bicara mimpi--Tawakal ingat kata-kata Ba'ai Paya.
Yang menjadi buah pikirnya yang sering terbawa dalam mimpi adalah pembicaraan Aki Bonok. Dia harus bersiap memakai pakaian rapi serta belajar tentang ilmu di sekolah. Tapi, apakah sekolah yang menurut cerita telah didirikan oleh tuang Danubeir sejak awal-awal pemerintahan paduka tuang Datu Cornelis Manoppo itu mau menerimanya? Bagaimana pula jika dia dapat diterima tapi harus berganti agama?
Walau orang yang selama ini dia dan orang kampung pandang sebagai orang tuanya adalah pengikut Hatibi Dibo Mokoagow yang berontak terhadap Belanda namun Tawakal tetap ingin bersekolah di sekolah Belanda. Buat dia, tak ada gunanya melawan Belanda sekarang. Justeru akan lebih baik jika dia bisa menjadi pintar dengan bersekola di sekolah Belanda kemudian merubah keadaan. Tapi kalau syaratnya dia harua berganti agama, jelas Tawakal akan menolak.
Tawakal tak tahan menanti hari ahad.
***
Hari ahad sudah memasuki siang, Aki Bonok yang telah ke rumah orang Belanda sejak subuh terlihat berjalan gontai. Tawakal yang sedang bermain dengan kawan-kawannya segera meninggalkan permainan.
"Belanda keparat. Memangnya mereka itu siapa? Lha orang yang tak diketahui asalnya begitu kok petantang petenteng di bumi para Bogani ini lho," kata Aki Bonok benar-benae gusar.
"Sudah, Bonok. Jangan diperturutkan hati yang marah, nanti mengundang celaka," kata Ba'ai Paya yang segera ke dapur membalik air. "Minum dulu, atur napas dan ceritakanlah dengan perlahan."
Tawakal ingin betul mendengarkan cerita Aki Bonok. Karena itu dia duduk disudut dapur dan memasang kuping. Tak lama setelah minum, Aki Bonokpun bercerita.
Sesungguhnya kedatangan Aki Bonok kekediaman Belanda sudahlah tepat. Sinyo dan Nyonya sedang diberanda menikmati kopi dan makanan lokal.
"Stop," teriak sinyo dari beranda. Aki Bonokpun berhenti walau sesungguhnya jarak dengan Sinyo dan Nyonya masih jauh. "Kamu orang mau apa?" tanya Sinyo.
"Hamba mau mengantar ini tuang Sinyo," kata Aki Bonok sambil memukul-mukul obito yang masih bergelantungan dibahunya.
"Ataaaa," teriak Sinyo Belanda. Tanpa mempedulikan beban dipunggung, Aki Bonok melangkah cepat. "Kamu orang berhenti," teriak Sinyo yang langsung membuat Aki Bonok seperti direm menghentikan langkah.
Aki Bonok memandang ke depan, dia baru tahu bahwa yang disebut ATA bukanlah dia. Dari pintu terlihat seorang yang berpakaian lebih baik darinya berjalan tergopo-gopo dan membungkuk-bungkuk. Rupanya orang itulah yang disebut ATA oleh Sinyo.
"Kamu orang periksa barang yang ata itu bawa!" teriak si Sinyo Belanda pada ATa yang membungkuk dihadapannya sambil menunjuk pada Aki Bonok.
Aki Bonok tercekat. Ternyata dia pun disebut juga ATA alias budak. Terselip gundah dihatinya. Bisa jadi semua rakyat Belanda sebut ATA. Jiwanya ingin berontak, dia memang hanya orang kampung namun dia bukan ATA. Dia tuangi lipu' yang merdeka. Darah Aki Bonok bergolak namun secepatnya dia redam. Sepanjang sinyo Belanda ini tak menyebut ATA pada  paduka tuang Datu maupun para Abo maka tak apalah, lagi pula secepatnya dia sadar bahwa dia datang untuk meminta sesuatu sehingga harus merunduk.
"Hanya bahan makanan, tuang Sinyo," kata orang yang disebut Ata tadi, dia agak mencibir pada Aki Bonok. Aki Bonok membelalak padanya, lha sesama ATA kok ya pakai mencibir segala.
"Ya kamu orang bawa ke dapur saja itu bahan makanan," kata si Sinyo Belanda dan kembali pada posisi santainya.
Orang yang disebut ATA itu segera mengangkuti barang yang Aki Bonok bawa. Aki Bonok terus saja berdiri. "Apa lagi yang kamu orang tunggu?" tanya Sinyo Belanda yang sekarang terdengar lebih santai.
Aki Bonok segera jongkok dan berjalan jinjit untuk menunjukan niat baik. Setelah dekat, diapun menghaturkan apa yang dia inginkan.
"Hahahaha, jadi kamu orang ingin memintaku untuk menyekolahkan anak kucing? hahahaha..."
"Bukan anak kucing tuang Sinyo..."
"Kamu orang gila, kamu orang pigi, jangan sampai aku panggil marsose. Hahaha, dasar ATA. Hayo nyonya kita masuk, hahaha..."
Aki Bonok terpukul, dia pulang sambil mengumpat. Langkahnya gontai. Tiba-tiba saja timbul marahnya pada Belanda, kemarahan luar biasa yang membuatnya hanya bisa menggerutu.
Mendengar cerita Aki Bonok, Tawakal bisa membenarkan perlawanan yang dilakukan orang tuanya--itu jika benar apa yang dikatakan orang bahwa orang tuanya pengikut Hatibi Dibo.

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan meninggalkan Komentar...
Tapi maaf komentar Anda perlu dimoderasi, bukan untuk menghilangkan hak Anda berkomentar tapi untuk menghindari penggunaan "kalimat2 yang tidak perlu"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Daftar Isi Blog

Teman di FB