Minggu, 29 April 2012

Tawakal, Ganigir Tanpa Mendung 1

1
Tawakal

Sholat Id di lapangan Molinow.
Molinow pusat Syarikat Islam (SI) yang melakukan
Perlawanan
Namanya Tawakal, nama dari kalangan pertengahan, tidak ke nama para bangsawan yang biasanya mirip dengan nama Bolanda seperti Laurens Cornelis yang sedang memerintah saat itu, tidak juga ke nama tuangi lipu' yang namanya sesuai nama tumbuhan, hewan atau suatu kerajinan--contohnya Aki Bonok yang dipanggil Ama’ oleh Tawakal.
Tawakal itu nama Islam, agama yang dibawa Imam Touke dari Gorontalo. Anak Imam Touke, Killingo telah memikat tuang Datu Jacobus Manoppo sehingga membuat tuang Datu melamarnya. Lha wajarlah tuang Datu terpikat, Killingo itu menurut cerita orang-orang tua, cantiknya tiada tara. Wajahnya seperti  bulan, hidungnya mancung, matanya indah sehingga membuat siapapun akan terhipnotis kedalamnya. Tak hanya cantik, suara Kilingo juga menghanyutkan--menurut Aki Bonok, Tuang Datu benar-benar tenggelam saat Kilingo melantunkan qasidah. Ketika dilamar, Kilingo hanya meminta tuang Datu untuk mengucapkan kalimah syahadat. Maka resmilah tuang Datu memeluk agama Islam, bahkan tuang Datu memerlukan waktu untuk menghadap Residen di Manado untuk melaporkan ke-Islam-annya. Karena tuang Datu sudah memeluk Islam maka diapun diberi gelar Sultan.
Walau tuang Datu sudah bergelar Sultan dan telah mayoritas penduduk beragama Islam namun pemakaian nama Islam belum lazim. Ini yang Tawakal herankan terkait dengan namanya. Nama Islam biasanya hanya terkait dengan pemangku agama atau pegawai syar'i. Tawakal selalu bertanya-tanya  tentang hubungannya dengan pemuka agama.
"Benar Udul, engkau memang punya kaitan dengan pemuka agama," kata Aki Bonok.
Kemudian Aki Bonok menceritakan bagaiman Tawakal ditemukan. Saat itu Aki Bonok sedang berada di gubugnya di Lopa' Kobiagan. Pada suatu malam, Aki Bonok bermimpi didatangi kucing berwarna cokelat muda yang anehnya bisa bicara. Kucing itu menitipkan sebutir benih yang diminta ditanam dan dirawat karena benih tumbuhan tersebut kelak akan bermanfaat. Kucing itu juga berpesan agar benih tersebut diberi nama Tawakal. Besoknya, dia menemukan bayi dipinggir sungai. Bayi itu diletakan di dalam kotak kayu yang didalamnya diletakan daun pisang yang juga berfungsi sebagai selimut sang bayi. Aki Bonok pun mengambil dan memelihara anak itu dan diberi nama Tawakal.
Menurut Aki Bonok, orang tua Tawakal adalah anak buah Hatibi Dibo Mokoagow yang melakukan perlawanan ketika pusat pemerintahan tuang Datu dipindahkan dari Bolaang ke Kotabaru oleh Belanda. Juga oleh Belanda, tuang Datu Ridel Manoppo diganti oleh  tuang Datu Cornelis Manoppo. Ini yang membuat Khatib masjid kerajaan di Bolaang itu marah. Setelah sholat Jumat, Hatibi Dibo dan anak buahnya memotong tiang bendera Belanda di halaman istana kerajaan dan di pelabuhan Lombagin. Karena kalah senjata, Hatibi Dibo berhasil ditangkap Belanda dan ditembak mati di Kotabunan, sisa pasukannya lari menyelamatkan diri. Salah satu pasukannya, menurut sahibul hikayat, lari melalui pegunungan Antotangoi dan akhirnya memilih berdiam di gunung Sampaka. Di gunung ini, dia dan isterinya yang ikut lari telah menjelma menjadi kucing berwarna cokelat muda.
Tawakal tercenung. Sesungguhnya dia tak begitu percaya dengan cerita itu. Lha, bagaimana bisa manusia berubah menjadi kucing? Lagi pula, peristiwa Hatibi Dibo terjadi pada awal pemindahan ibu kota kerajaan sementara menurut Aki Bonok, dirinya ditemukan di akhir pemerintahan tuang Datu Cornelis Manoppo—bagaimana bisa dia dilahirkan oleh orang yang sudah demikian lama menghilang? Bagaimana juga dua ekor kucing bisa melahirkan manusia walau mereka hanya beralih wujud?
Keraguan Tawakal ini dikuatkan oleh Abah Ali, guru mengajinya. Dengan tegas Abah Ali mengatakan bahwa tidak mungkin manusia bisa berubah menjadi mahluk Allah lainnya.
“Saya dengar dari teman, ada yang mengatakan manusia berasal dari monyet. Lha, kalau manusia itu dari monyet, terus bagaimana dengan pernyataan Allah bahwa manusia itu diciptakan dengan diperbagus rupa serta pemikirannya dan diangkat sebagai khalifah di bumi Allah ini? Ada-ada saja pemikiran manusia ini, disangkanya dia bisa melebihi kekuasaan Allah,” kata Abah Mansyur ketika pengajian di masjid.
Walau Abah telah mengatakan begitu dan hati Tawakal memang sudah meragukan cerita Aki Bonok sejak awal, namun entah mengapa hatinya merasa tenteram ketika berpikir bahwa dirinya anak dari anak buahnya Hatibi Dibo walau orang tuanya telah berubah menjadi kucing yang berdiam dipuncak gunung Sampaka. Lha wajar-wajar saja. Jika bukan anak dari anak buahnya Hatibi Dibo, bisa-bisa dia dicap penduduk anak haram jadah.
Anak haram menurut tradisi adalah anak hasil penyelewenangan yang biasa disebut dengan monualing yaitu lelaki dan perempuan masih sama-sama terikat dalam pernikahan tapi menyeleweng, atau mokitualing yaitu perempuannya masih terikat pernikahan kemudian menggoda perjaka.
Pada zaman Punu’ Tadohe, ketika diikrarkan sumpah Paloko-Kinalang, sang Punu’ pertama kali mengeluarkan larangan untuk monualing maupun mokitualing ini. Dan bagi yang melanggar larangan, hukumannya sangat berat, yaitu dimasukan ke bubu, sejenis alat penangkap ikan, kemudian dibuang ke laut. Menurut penuturan para orang tua yang Tawakal dengar, larangan itu bersumber dari kakak Tadohe yang bernama Dodi Mokoagow telah menyeleweng dengan Pingkan isteri Matindas yang mengakibatkan Dodi Mokoagow terbunuh oleh Matindas. Rupanya sang Punu’ merasa malu dengan perbuatan kakaknya itu. Bagi orang Mongondow malu atau oya’ memang sangat dipegang teguh sehingga muncullah larangan itu.
Lha, jika dirinya anak hasil penyelewengan orang tuanya, entah orang tuanya monualing atau mokitualing, alangkah malunya Tawakal. Karena itu, dia membiarkan saja cerita orang-orang bahwa dirinya adalah anak dari anak buah Hatibi Dibo yang telah berubah menjadi kucing. Lagi pula, nampaknya masyarakat lebih percaya pada cerita itu dibandingkan penegasan dari Abah Ali yang didasarkan pada firman Allah dan rasionalitas manusia.
Lagi pula, jika perkataan anak haram diletakan pada tempatnya, rasanya begitu banyak anak haram. Lha, begitu banyak anak gadis yang hamil di luar nikah—kan anak mereka juga seharusnya tergolong anak haram?
Namun penilaian berdasarkan tradisi cukup berbeda. Bahkan, tak jarang muncul kegembiraan ketika dikaitkan dengan anak haram model begitu. Menurut yang Tawakal dengar, Porobis Goros sesungguhnya tergolong juga pada anak haram. Porobis Goros itu anak penguasa yang disuguhkan gadis, ya ibunya Porobis Goros itu, saat sang penguasa sedang melakukan turuney ke kampungnya. Dan persoalan turuney itu diceritakan berulang-ulang oleh Porobis Goros sendiri dengan bangganya, keluarga Porobis Goros juga demikian bangganya, dan berbekal keberadaannya sebagai anak haram dari sang penguasa, Goros pun menjadi Porobis sejak masa mudanya hingga saat ini. Porobis Goros sesungguhnya sangat ingin menjadi Sangadi di kampung Dotamonag, tapi Datu yang bijaksana itu melihat sang Goros tak begitu dekat dengan masyarakat.
Tawakal merasakan ketidakadilan dalam sudut peristilahan. Dan bicara tentang turuney, Tawakal memang sangat membenci istilah itu. Semua bersumber dari hubungannya dengan Rintok.
Rintok memang seperti tubuhnya, dia mungil. Karena kemungilannya, orang-orang menyangka dia tak mungkin mendapat keturunan. Karena itu, untuk mengangkat derajat keluarga, banyak yang menyarankan—termasuk keluarganya—agar Rintok menjadi suguhan untuk turuney saja. Bahkan ketika Tawakal memberanikan diri untuk melamar Rintok sekalipun, orang-orang tetap menganjurkan agar Rintok menjadi suguhan untuk turuney saja dibandingkan dengan menikahi Tawakal yang tidak jelas asal usulnya dan miskin pula. Untunglah Rintok cukup teguh hatinya, semua karena jiwa agama yang ada pada diri Rintok. Tawakal dan Rintok sama-sama murid Abah Ali.
Agama memang bekal dalam menghadapi persoalan sebesar dan seberat apa pun. Aki Bonok, entah mungkin untuk memperkuat cerita yang dia hembuskan tentang keberadaan Tawakal, benar-benar telah mendorong Tawakal untuk mengaji Islam.
Atau mungkin juga Tawakal anak dari Aki Bonok dengan perempuan entah siapa. Aki Bonok tak pernah menikah sampai ajal menjemputnya beberapa bulan setelah Tawakal menikah. Tapi, tak harus semua pernikahan diketahui masyarakat kan? Kehidupan Aki Bonok yang berbulan-bulan di kebunnya di Lopa’ Kobiagan—Aki Bonok hanya pulang kampung hari Kamis dan kembali lagi ke kebun selepas sholat Jumat—bisa saja membuka peluang untuk hal-hal apa pun. Juga, tidak menikah bukan berarti tidak berpeluang untuk punya anak kan?
Untuk yang terakhir ini, memang cukup jauh dari sosok Aki Bonok yang memegang teguh prinsip-prinsip agama. Tapi bisa saja dia khilaf. Dan bagi Tawakal, andaipun dia anak Aki Bonok diluar pernikahan maka tak akan dia persoalkan. Bagaimanapun Aki Bonok telah memeliharanya sampai dia dewasa dan menikah, itu sudah merupakan tanggung jawab seorang Bapak. Juga, dalam tradisi saat itu, tak ada persoalan—terlebih jika perempuannya masih gadis.
Walau pun Aki Bonok menolak mengaku sebagai orang tua Tawakal namun rasa terimakasih Tawakal padanya tak akan berkesudahan. Aki Bonok tak hanya telah memeliharanya sampai dia dewasa, bahkan Aki Bonok yang telah membelanya saat pernikahan dengan Rintok. Saudara kandung Aki Bonok yang dua orang itu menolak tegas Tawakal menikahi Rintok karena tergiring pernyataan orang-orang bahwa Rintok tak akan memberinya keturunan.
“Memangnya kalian ini Tuhan sehingga anggapan kalian merupakan kepastian? Jika Allah berkehendak maka kehendaknya yang akan terjadi, bukan kehendak kalian,” bentak Aki Bonok ketika saudara serta keponakan-keponakannya mencoba berdebat.
Sebulan setelah pernikahan itu, Aki Bonok pun meninggal.
Ah, kenapa juga terlalu aku pikirkan? Namaku Tawakal yang menurut Abah Ali berarti pasrah, berserah diri pada apa pun ketentuan Allah. Maka biarlah kupasrahkan semua yang tak kuketahui ini pada Allah. Wallahualam bishawab.
Tawakal pun berdiri dan memandangi kebun peninggalan almarhum Aki Bonok di Lopa’ Kobiagan. Besok dia akan mengadakan posad. (ATS)
===============
Tulisan ini merupakan bagian pertama bakal novel yang diberi judul Ganigir Tanpa Mendung

Artikel Terkait:

1 komentar:

  1. kunjungan gan.,.
    bagi" motivasi.,.
    Kegagalan tidak seharusnya membuat kita rapuh .,.
    tapi justru itulah cambuk kita menuju kesuksesan.,.
    di tunggu kunjungan balik.na gan.,.,

    BalasHapus

Silahkan meninggalkan Komentar...
Tapi maaf komentar Anda perlu dimoderasi, bukan untuk menghilangkan hak Anda berkomentar tapi untuk menghindari penggunaan "kalimat2 yang tidak perlu"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Daftar Isi Blog

Teman di FB