Selasa, 27 Maret 2012

JANGAN DARI SAKU TAPI ANGGARKAN…

Raski Azhari Mokodompit saat bicara
di peluncuran

"Saya tak meminta uang dari saku Bapak dan Ibu di sini tapi saya meminta agar dianggarkan. Karena saya tahu yang keluar dari saku Bapak dan Ibu jauh lebih sedikit dibandingkan jika dianggarkan".
Kurang lebih demikian yang saya nyatakan saat peluncuran novel saya akhir tahun lalu. Pernyataan ini saya sampaikan dihadapan peserta dari guru dan siswa SMU dan SMK dan MA se Kota Kotamobagu. Sasaran pernyataan ini adalah Diknas yang diwakili oleh Pak Sahir Lentang, Dinas Pariwisata yang diwakili oleh seorang ibu yang saya lupa namanya, anggota DPRD Sulut--Razki Azhari Mokodompit, dan Ketua Komisi I DPRD Kota Kotamobagu Jusran Debi Mokolanut.
Ternyata apa yang saya sampaikan ini memunculkan tanggapan juga. Saya mendapat nasehat agar tidak lagi bicara begitu karena akan melahirkan beragam tanggapan. Ada yang menudu saya pengemis, bahkan ada yang menudu saya rakus dan tidak bersyukur walau telah berfam SYUKUR alias malu-maluin fam SYUKUR.
Jusran Debi Mokolanut juga ikut
mendesak Diknas KK
Hahahaha...
Sungguh aneh dan lucu sehingga saya harus tertawa sekali lagi
Hahahahah.....
Jelas lucu. Mendengar komentar ini saya jadi teringat perdebatan saya sekitar tahun 2008 dimana SYUKUR juga dipandang tak tahu bersyukur padahal saya  hanya meminta pemanfaatan Lolak sebagai ibu kota. Alhamdulillah di masa SBM Lolak telah dimanfaatkan maksimal walau DPRD dan beberapa aset belum diserahkan. Saya juga mau meminta maaf pada keluarga besar SYUKUR, gara-gara saya SYUKUR disebut dengan konotasi yang tidak baik oleh beberapa gelintir. Bersabarlah, suatu saat mereka akan memahami seperti apa SYUKUR.
Diminta Pasrah
Ada yang menarik dari komentar teman ini, yaitu saya sesungguhnya diminta pasrah sehingga tak perlu menuntut lebih. Dengan kata lain dia sesungguhnya mengatakan bahwa sudah untung saya dibantu daripada tidak sama sekali sehingga sebaiknya diam.
Seorang guru ingin novel2 karya kami
dianggarkan dalam pengadaaan
sehingga bisa masuk sekolah
"Daripada memunculkan anggapan yang bernada miring ke kamu, lebih baik kamu menerima dan diam saja," kata teman ini.
Saya sangat tidak sepandangan jika dikatakan begini. Justru jika saya diam dan pasrah, itu tandanya saya tidak bersyukur sehingga tak pantas menyandang fam SYUKUR, karena sama saja dengan saya tidak menghargai potensi yang telah diberikan Allah pada saya. Saya takut akan jadi kufur nikmat, dan ketakutan saya pada Allah melebihi ketakutan saya pada manusia dengan segenap perkataannya yang terkadang hanya menghakimi walau bukan hakim.
Orang yang hanya punya kesanggupan bicara saja memanfaatkan pengetahuannya, terlebih saya yang mencoba mewujudkan sesuatu yang kongkrit. Orang yang hanya bicara karena kepentingan individunya saja tetap bicara, kenapa saya hanya diam dan pasrah.

Tanggung Jawab Individu dan Pemerintah
Saya memandang wajar jika ada yang salah memahami pernyataan saya kemudian menghakimi. Yang tidak wajar ketika salah paham ini diletakan dalam tanda kutip, dimana salah paham terjadi ketika dorongannya karena ingin melindungi pihak yang menjadi arahan pembicaraan kita atau ingin melindungi kepentingannya. Sudah jamak pada kita, jika ingin kepentingan kita lancar maka usaha pihak lain harus ditutup kerannya.
Tapi biarlah, saya tak usah melayani mereka yang salah paham karena kepentingan. Saya lebih ingin bicara pada mereka yang benar-benar salah paham.

Guru lainnya juga ingin novel2 karya kami
dianggarkan dalam pengadaaan
sehingga bisa masuk sekolah
Harus dipahami bahwa kehadiran dari para pembicara saat peluncuran mempunyai kapasitas masing-masing. Raski Azhari Mokodompit adalah anggota DPRD Sulut yang bisa menyuarakan kepentingan rakyat di mana saya termasuk di dalamnya. Sebenarnya ada selentingan bahwa RAM juga bisa mengatur proyek di lingkungan Pemkot Kotamobagu sehingga melalui RAM bisa juga dibuat kebijakan yang terkait dengan harapan saya tapi saya mengesampingkan hal itu karena saya berpandangan pemerintahan harus profesional. Jusran Debi Mokolanut anggota DPRD Kotamobaku yang bisa membuat kebijakan. Sahir Lentang sekretaris Diknas Kotamobagu yang juga bisa membuat kebijakan. Begitu juga dengan utusan dari Dinas Pariwisata.
Pendek kata, saya sebenarnya bicara dengan para pengambil kebijakan sehingga wajar jika saya meminta kebijakan yang tepat untuk profesi saya. Terlebih pada kesempatan tersebut saya sadar bahwa profesi saya ini ternyata dibutuhkan juga oleh lembaga pendidikan. Ini dapat didengar saat tanya jawab di mana guru-guru meminta agar produk dari profesi saya ini dianggarkan untuk pengadaannya di sekolah.
Saya sengaja mengatakan tak berharap uang dari saku mereka karena saya meyakini uang dari saku mereka untuk menghidupi keluarga. Saya tak ingin menjadi beban.
Memang cukup banyak juga yang membantu saya dalam kapasitas pribadi mereka karena mereka berada di posisi yang sama sekali tak terkait dengan profesi saya. Pada mereka, saya tak pernah menuntut. Tapi kesadaran dan kepedulian mereka yang mendorong mereka membantu.
Mereka yang jabatannya tak terkait dengan profesi saya saja telah membantu, mengapa yang terkait hanya mendiamkan. Karena itu saya meminta kebijakan dari mereka.

Penutup
Saya jujur mengakui bahwa YANG KELUAR DARI KANTONG PRIBADI JUMLAHNYA AKAN LEBIH KECIL DIBANDINGKAN YANG DIANGGARKAN MELALUI KEBIJAKAN. Karena itu saya terus menuntut kebijakan. (Anuar Syukur, owner RUMAH DINANGOI—tempat diskusi dan kuliner SERBA MONGONDOW)

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan meninggalkan Komentar...
Tapi maaf komentar Anda perlu dimoderasi, bukan untuk menghilangkan hak Anda berkomentar tapi untuk menghindari penggunaan "kalimat2 yang tidak perlu"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Daftar Isi Blog

Teman di FB