Selasa, 21 September 2010

PINOLOSIAN YANG TERPINGGIRKAN



Pinolosian, dinamakan demikian karena di sinilah tempat memecahkan batu yang mengandung emas yang didapatkan oleh putra Bogani Lolayan yang berdiam di gunung Polian. Terkisahkan, Bogani Lolayan memerintahkan putranya untuk berburu ke pantai selatan Bolaang Mongondow. Namun bukan buruan yang dia dapatkan melainkan batu aneh nan indah, batu keras yang dihiasi warna kuning berkilauan. Karena beratnya batu, sesampainya di tempat datar, batu inipun dipecahkan yang dalam bahasa Mongondow disebut “ilosi” dan tempat pemecahannya disebut “Pinolosian”.

Ketika sampai di Polian, alangkah kagetnya Bogani karena ternyata itulah batu yang mengandung emas. Informasi tentang batu emaspun tersebar ke Bogani lain sehingga dilakukanlah pencarian di seluruh pelosok Bolaang Mongondow.
Emas, tak ada kalimat lain yang dapat menafsirkannya selain ini merupakan pertanda bahwa daerah itu akan makmur. Terlebih ada kepercayaan dalam masyarakat bahwa pecahan batu itu akan terserap ke dalam tanah dan akan menjadi sumber kemakmuran masyarakat. Kemakmuran ini tak hanya jika masyarakatnya menggali emas di sana melainkan kehidupan masyarakat akan makmur dengan mengusahakan apa pun.
Tentang kehidupan nyata di Pinolosian, aku lebih banyak mendengarnya dari handai toulan karena di sana banyak sanak kadang. Modisi, Nunuk, Kombot, Lungkap, Motandoi, menurut mereka di sanalah sebagian darahku berasal. Namun itu tak menarikku untuk ke sana. Aku sangat malu untuk menelusuri jejak darah, aku terlalu sungkan menapaki jejak keluarga. Terlebih, Pinolosian menurut pikiranku adalah daerah besar nan makmur, keluargakupun yang di sana sudah makmur. Aku malu memproklamirkan pada mereka bahwa aku anggota keluarga!
Namun karena ada perintah yang mengharuskan ke sana maka akupun berangkat dipertengahan Ramadhan. Ternyata aku salah menduga. Keluar dari kota Molibagu, masih dipinggiran Bolaang Uki, aku sudah diperkenalkan dengan rusaknya jalan. Sepeda motorku terpaksa harus diajari silat agar bisa terhindar dari lubang. Bahkan sepeda motor bututku harus bermandi lumpur karena waktu itu hujan. Cukup merepotkan juga.
Untunglah ada sedikit hiburan karena disepanjang jalan masih banyak pepohonan. Juga, begitu memasuki Modisi, kudapatkan wisata pantai yang elok dipandangan. Wisata Pantai Modisi, nama ini sudah sering aku dengar. Maka kamipun mampir. Tapi tempat wisata ini masih tutup karena menghormati kaum muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa. Pemiliknya juga tak ada karena sedang mengadu nasib di rantau agar bisa membangun tempat wisata ini lebih baik lagi. Mendekati Lungkap, kami disuguhkan pemandangan pantai yang tak kalah indahnya, Pantai Dami namanya. Di sisi lain yang tak jauh dari pantai, nampak deretan pegunungan yang tak hanya menyimpan keindahan tapi juga kekayaan.
Di Lungkap, keluarga yang kami kunjungi menganjurkan agar tidak melanjutkan perjalanan karena jalan rusak parah. Mengingat waktu dan dahaga karena panasnya hawa pantai padahal ini bulan puasa, akhirnya kami memilih cukup sampai di Lungkap saja.
Ketika lebaranpun, kami kembali ke sana. Kami kembali mendapatkan suguhan yang sama. Kami pun hanya sampai di Lungkap karena banyak yang didatangi. Termasuk mampir di kedua pantai yang jadi obyek wisata.
Dari dua kali berkunjung ke sana, aku tak bisa menilai kemakmuran masyarakatnya. Yang jelas, seharusnya masyarakatnya makmur. Kekayaan alam luar biasa, di laut dan darat sama-sama luar biasa. Penduduknyapun cukup ulet. Ketika lebaran, di saat orang-orang sedang menikmati liburan, sudah banyak yang kekebun atau ke laut.
Sungguh, masyarakat Pinolosian bukanlah orang yang suka berleha-leha dan mengingat potensi alamnya, seharusnya mereka sudah makmur. Namun sarana dan prasarana nampaknya kurang mendukung. Hasil kemandirian dari Bolaang Mongondow Selatan nampaknya kurang mereka rasakan. Sentuhan pemerintah setelah daerah ini dimekarkan nampaknya tidak ada. Pinolosian seperti dipinggirkan!
Semoga pemerintaan baru hasil pilihan rakyat dapat memperhatikan Pinolosian. Tentu bukan dengan menganakemaskan Pinolosian karena tindakan menganakemaskan jelas salah. Tapi dengan memeratakan pembangunan.
Semoga yang terpilih adalah orang yang tepat! (Anuar Syukur)
***

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan meninggalkan Komentar...
Tapi maaf komentar Anda perlu dimoderasi, bukan untuk menghilangkan hak Anda berkomentar tapi untuk menghindari penggunaan "kalimat2 yang tidak perlu"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Daftar Isi Blog

Teman di FB