Senin, 27 Februari 2012

Sulut di Tengah Bolmong


Dinangoi, Khas Mongondow
Murah, Meriah, Bersahaja
Bisa didapatkan di
RUMAH DINANGOI
Motoboi Kecil, depan SD
Bicara Bolaang Mongondow Raya (BMR) dan Sulawesi Utara (Sulut) seakan bicara tentang dua wilayah
berbeda. Saya tak begitu tahu pandangan Sulut terhadap BMR mengingat saya tak begitu gaul dengan mereka yang berpandangan ke-Sulawesi Utara-an. Saya hanya tahu, dalam setiap kampanye baik pemilihan legislative maupun eksekutif, ataupun dalam kunjungan pejabat Sulut ke BMR, kepedulian terhadap BMR selalu disebutkan. Pada Pilgub lalu, Sinyo Haris Sarundajang, mengangkat isu Golden Triangle yang menempatkan utusan dari Minahasa, Sangihe Talaud, dan BMR dalam posisi segitiga sama kaki yang indah. Rumusan ini luar biasa indah sehingga telah membuai masyarakat BMR dan SHS pun mendapatkan suara yang signifikan di BMR sehingga terpilih. Dan masih banyak lagi janji SHS lainnya, mulai dari dorongan pembentukan Provinsi BMR sampai perbaikan infrastruktur di BMR—terutama jalan.

Golden triangle memang diwujudkan. Penempatan Siswa Rachmat Mokodongan sebagai Sekprov bisa dipandang sebagai perwakilan dari BMR. Namun dalam hitungan kami, hanya ada Siswa Rachmat Mokodongan dan Gun Lapadengan di Sulut sana. Belum lagi jika kita lihat kondisi BMR saat ini yang IPM nya masih terendah di Sulut. Pun terkait dengan pembentukan Provinsi BMR sepertinya sudah tak pernah dibicarakan lagi oleh siapapun dari Sulut yang ke BMR—termasuk SHS sendiri.
Kondisi ini membuat sebagian masyarakat BMR melihat Sulut hanya menjadikan BMR sebagai tambang untuk dieksploitasi. Tak hanya hasil tambang, hasil bumi mulai dari kopra sampai pangan, di sector perikanan, dan lainnya. Bahkan berbagai kekurangan di BMR pun dieksploitasi. Jalan trans Sulawesi yang rusak, IPM yang terendah di Sulut, angka kemiskinan, dan lainnya—semua itu telah dieksploitasi namun BMR justru mendapatkan bagian yang paling sedikit.
Saya tak tahu kebenaran akademik maupun ilmiahnya, namun saya membenarkan sesuai fakta yang terlihat oleh mata.

Apakah Sulut salah?
Dalam kisah para sufi, cukup dikenal kisah tentang Nasrudin Afandi. Ada satu kisahnya yang mengisahkan sebagai berikut:
Tak lama setelah menduduki kawasan Anatolia, Timur Lenk mengundang Nasrudin. Timur Lenk bertanya : "Jawablah: apakah aku adil ataukah lalim. Kalau menurutmu aku adil, maka dengan keadilanku engkau akan kugantung. Sedang kalau menurutmu aku lalim, maka dengan kelalimanku engkau akan kupenggal."
Dan dengan menenangkan diri, Nasrudin menjawab :
"Sesungguhnya, kamilah, para penduduk di sini, yang merupakan orang-orang lalim dan abai. Sedangkan Anda adalah pedang keadilan yang diturunkan Allah yang Maha Adil kepada kami."
Ini gurauan serta sindiran yang cukup kena sasaran. Saya tak ingin mengatakan bahwa Sulut sama dengan Timur Lenk, penakluk kejam yang tak segan membunuhi manusia serta merusak peradaban negeri yang ditaklukannya di mana masjid atau tempat peribadatan lain sampai-sampai mereka jadikan kandang kuda. Sulut tentu tak seperti itu, terlebih didalam system ketatanegaraan yang cukup baik dan menjamin hak asasi sekarang ini. Walau di lubuk hati terdalam, saya ingin menyamakan Sulut dengan Timur Lenk. Di mana, ketika kesadarannya muncul maka dia pun menjadi penguasa yang sangat adil. Setelah Timur Lenk merasa bahwa pengembaraannya dalam menaklukan siapa pun dan dari manapun yang berdiam diujung dunia sebelah manapun telah memakan korban yang cukup besar, dia dan turunannya pun menjadi penjaga keamanan yang baik. Dari turunan merekalah lahir kesultanan Otoman di Turki yang disegani sekaligus disayangi. Saya ingin Sulut pun berbuat begitu, di mana rakyat se Sulut—terutama di Bolmong Raya merasa cinta padanya.
Sementara BMR patut berkaca diri. Jangan-jangan BMR memang telah berbuat lalim dan abai pada diri sendiri. Tanah yang luasnya 54% dari luas Sulut, SDMnya yang cerdas dan cukup banyak yang sebenarnya punya kreasi tapi tak terfasilitasi, sejarahnya yang gilang gemilang namun hilang, budaya dan adat istiadatnya yang luar biasa kuat. Namun semua itu ternyata tidak mampu kita manfaatkan untuk bangkit. Padahal kalau kita manfaatkan, Insya Allah kita bisa mandiri.
SMK Cokroaminoto Kotamobagu salah satu yang telah mencoba mandiri. Dengan perjuangannya yang gigih, sekolah ini telah bertaraf Internasional serta telah mengantongi sertifikat ISO 9001:2000 sehingga membuat SMK Cokro menjadi salah satu SMK Unggulan tak hanya di wilayah Sulawesi Utara tapi bahkan di wilayah Indonesia Timur. Bahkan untuk ISO, SMK Cokro merupakan satu-satunya SMK Swasta di wilayah Indonesia Timur yang mendapatkan setifikat ini. Keberhasilannya ini telah membuat SMK Cokro tak hanya dilirik oleh berbagai pihak ditingkat nasional, bahkan internasional.
Memang SMK Cokro tak sebesar BMR, dinamika dalam menggagas pembangunan juga tak akan sekeras dinamika dalam membangun BMR. Namun jika kita bisa mengatasi kendala yang ada maka niscaya BMR akan berjaya.
Menurut saya, kendala utama dalam pembangunan di BMR adalah konflik yang berkepanjangan karena ego pribadi, kelompok, maupun sektoral. Jika kita bisa mengesampingkan ego ini maka pembangunan di BMR akan bisa dipacu dengan cepat. Begitu juga dengan kesediaan, keikhlasan dan keberanian dari pemerintah se BMR dalam membangun mengembangkan diri. Terutama terkait dengan potensi SDM, nampaknya hal ini belum begitu diperhatikan. Kreatifitas yang luar biasa dari anak-anak muda se-BMR masih dipandang sebelah mata.
Sekali lagi, saya berpandangan bahwa BMR akan jaya jika kita bisa mengatasi kendala-kendala di dalam diri kita. Dan kehadiran Sulawesi Utara di tengah kita, justru bisa menjadi pemicu untuk maju. Dan ketika kita sudah mampu, bahkan kita bisa mengabaikan keberadaan Sulut ini.

Penutup
Saya tak tahu seperti apa tanggapan pembaca terhadap tulisan ini. Jika memang masih ada yang bisa kita diskusikan, saya mempersilahkan. Yang pasti, saya berharap melalui tulisan ini kita bisa memajukan tanah kelahiran. (Anuar Syukur, owner RUMAH DINANGOI—tempat diskusi dan kuliner SERBA MONGONDOW)

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan meninggalkan Komentar...
Tapi maaf komentar Anda perlu dimoderasi, bukan untuk menghilangkan hak Anda berkomentar tapi untuk menghindari penggunaan "kalimat2 yang tidak perlu"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Daftar Isi Blog

Teman di FB