Sabtu, 04 Juni 2011

Paris van Celebes

Dinangoi, makanan khas Bolmong
Paris adalah supermarket terbesar di wilayahnya Orang Kota, tepatnya berada di Kotamobagu yang merupakan pusatnya Orang Kota. Terdiri dari dua bangunan yang terpisah dan berlantai tiga. Di gedung yang satu dijual berbagai kebutuhan rumah tetangga (saya tulis begini karena sayapun hanya numpang di rumahnya adik saya yang setahu saya jarang belanja di sana). Di gedung satunya lagi bisa dikatakan tempat penjualan barang lux, di sini juga ada restoran modern dan tempat karaoke.
Supermarket ini pemiliknya bernama Suryono Wijoyo tapi biasa kami panggil Ko’ Pa yang lengkapnya Ko’ Paris. Beliau pengusaha sukses di wilayah Orang Kota ini dan menggunakan Paris sebagai merk dagangnya, termasuk armada angkutan yang menghubungkan wilayahnya Orang Kota dengan daerah lainnya.

Memang tulisan ini akan terkait juga dengan supermarket ini. Tapi bukan keberadaan supermarket ini yang memunculkan tulisan ini. Tapi karena memang wilayahnya Orang Kota ini layak dijadikan sebagai pusat mode di pulau Sulawesi, yach mirip Paris van Java untuk Bandung-lah.
Mengapa saya katakana demikian? Ternyata Orang Kota ini modis man. Dan ini tak hanya berlaku di Kotamobagu sebagai pusatnya Orang Kota lho, tapi juga akan nampak sampai di pelosok yang masihndeso sekalipun. Intinya, sepanjang masih masuk wilayah Orang Kota maka bisa dipastikan akan menemuka betapa modis masyarakatnya.
Keren kan? Hehehe
Saya tak sembarangan mengklaim lholha wong di sini persoalan mode sangat cepat tertularnya kok. Sekarang, mode yang sedang in itu u can see. Dan itulah yang terlihat di wilayahnya Orang Kota ini.
Nenekku suatu hari menegur sepupuku yang hobi pake u can see.
“Kamu itu sungguh tak sopan, masak ke sana-kemari tak berpakaian!” semprot Nenek sambil menyeka ujung bibir yang masih memerah dengan sirih penginang dengan ujung kebayanya yang sudah usang.
“Siapa yang telanjang, Nek. Saya memakai pakaian lengkap gini kok dibilang telanjang,” kata sepupu saya sambil berputar mirip pergawati yang tak pernah mandi.
“Kalau si Gini memang pakai pakaian lengkap, apalagi si Gina yang selalu memakai kerudung. Lha, kalau kamu ini hanya memakai pakaian dari kulit kamu sendiri, Nanu’,” semprot nenek lagi semakin menjadi.
“Ini kan pakaian yang sedang modis Nek, pakaian yang sedang in, pakaian yang sedang ngetrend, geto lho. Ah, nenek payah, nggak gaul,” debat sepupuku dengan sikap cueknya.
Tiba-tiba nenek terloncat. “Entak saja kamu bilang nenek nggak gaul. Uyo’, belikan pakaian seperti itu tujuh biji sekaligus,” kata nenek yang langsung melepaskan kebaya kusamnya.
Gawat!
Di daerah Orang Kota ini, mode u can see juga sering disebut baju ketat. Pada suatu hari, ada cewek yang merengek meminta dibelikan baju ketat ke ibunya yang hendak ke pasar hari itu. Kepingin buanget rupanya si cewek sama baju ketat itu, sampai-sampai menarik kaki ibunya—sinetron mode on.
“Help me Mams, tolong belikan baju ketat untukku, aku jadi bahan olok-olokan teman-teman. Katanya aku nggak gaul,” kata si cewek dengan berurai air mata duyungnya.
Akhirnya sang ibu pun luluh hatinya. Dia takut sekali dikatakan anaknya tidak gaul. Dengan tangan keriputnya, diusapnyalah batok kepala anaknya yang berambut sedikit itu, dia pun berjanji akan membelikan baju ketat itu.
Sang ibu pun ke pasar. Karena tak sanggup membeli di Paris, akhirnya dia membeli di deretan tokoh pasar Serasi.
Sesampainya di rumah..
Dengan riang sang cewek memeluk dan menciumi ibunya. Kemudian dia segera ke kamar untuk salin.
Tapi, tiba-tiba, dari dalah kamar terdengar teriakan tertahan: Akhhhhh….
Si ibu pun segera berlari ke kamar dan mendapatkan anaknya yang terjatuh nyaris pingsan. Sang anak sesak napas. Lha, kan si anak sudah nggak bengek lagi? Apa penyebabnya?
Dengan napas tersengal-sengal si cewek menunjuk baju ketat yang dia gunakan.
Rupanya baju ketat itu super ketat sehingga badan si cewek yang memang terlalu kelbihan bobot itu tak sanggup menampung namun si cewek terus memaksa sehingga susah napas jadinya. Akhirnya baju ketat itu pun harus digunting.
Setelah lepas dari baju ketat keparat itu, si cewek langsung menyalahkan ibunya.
“Ibu sich, kan yang saya minta baju ketat, kenapa jadi sisi’ begini?”
Wah, dasar anak tak tahu balas budi—ya iyalah, budi kan ndak ikut-ikut dalam persoalan ini, hehehe..
Pembaca sekalian, sebenarnya si ibu tak salah sama sekali. Karena, ketat itu dalam bahasa Mongondow yach sisi’.
Kalau belum percaya juga bahwa wilayah Orang Kota pantas dijuluki Paris van Selebes, yach silahkan saja ke Taman Kota, ke sekolah ketika ada kegiatan ekstra kurikuler, atau lihat cewek-cewek yang sedang mejeng di supermarket Paris.
Tapi pertebal iman yach, hehehe..

Artikel Terkait:

1 komentar:

  1. Saya sangat berterima kasih karena masih ada org yg bisa membuat artikel yg nntinya kita lebih mengenal objek yg diceritakan.....na tua pa muna dega'....sukur mo anto..

    BalasHapus

Silahkan meninggalkan Komentar...
Tapi maaf komentar Anda perlu dimoderasi, bukan untuk menghilangkan hak Anda berkomentar tapi untuk menghindari penggunaan "kalimat2 yang tidak perlu"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Daftar Isi Blog

Teman di FB