Kamis, 05 Mei 2011

FENOMENA ADM

Aditya Anugerah Moha atau biasa dipanggil Didi merupakan sebuah fenomena. Bukan karena singkatan namanya yang mungkin seharusnya AAM kemudian diganti ADM (Aditya Didi Moha) sampai membuatnya berusaha memasukan kata “Didi” dalam namanya resmi di pengadilan yang menjadi fenomena melainkan keberhasilannya meraup suara rakyat pada pemilu lalu yang membuat kita harus berdecak kagum dan menyatakan salut.
 Saya katakan “harus” karena ini yang perlu kita lakukan dalam kerangka memaknai demokrasi. Suara rakyat adalah suara Tuhan (vox populi vox dey) mmbuat fardhu ain baik kita untuk menghormati suara rakyat itu. Termasuk saya yang sejujurnya tidak berpihak pada ADM karena menurutku dia masih terlalu muda untuk dijadikan utusan rakyat ke DPR RI walau jujur juga harus saya katakan bahwa saya tidak memihak pada caleg DPR RI lain yang menjadi rival ADM.
Kemenangan ADM menjadi fenomenal bukan hanya karena usianya yang masih terlalu muda, saat ini dia baru berusia 27 tahun ke 28. Usia yang masih terlalu muda ini sejujurnya yang membuat saya dan ada beberapa orang lagi tidak begitu berpihak padanya. Pengalaman—dalam hitungan saya—masih sangat kurang, dia baru tiga tahun terakhir ini masuk dan serius menekuni organisasi walau sudah langsung ke level yang tinggi. Dalam konteks komunikasi massa dia juga baru berpraktek saat Pilkada 2006 lalu. Citra keluarga sedikit terguncang ketika Ayahandanya diduga terjerat suatu kasus yang tentu akan menurunkan popularitas dirinya. Namun hasil yang dia dapat sungguh di luar prediksi. Dia melejit bagai roket.
Banyak dugaan yang muncul. Mulai dari pengaruh Sang Bunda yang merupakan orang nomor satu Bolmong yang telah memekarkan Bolmong sehingga menjadi empat Kabupaten dan satu Kota, money politic, tekanan-tekanan pada pemilih, kecurangan sampai ada yang bersuara untuk membuka ulang kotak suara, dan lainnya, dan sebagainya. Namun harus kita sadar bahwa rakyat telah bicara yang dalam sudut pandang demokrasi berarti Tuhan telah menentukan pilihan, mungkin dari sudut pandang agama dikatakan Tuhan memang menghendaki ADM mewakili Sulawesi Utara, terutama Bolmong.
Di luar pengaruh Sang Bunda, harus juga kita akui bahwa ADM sangat cepat beradaptasi dengan alam politik. Dia mampu menghipnotis massa, juga cukup bijak dan fasih dalam bicara. Tim suksesnya pun mampu menggalang opini sehingga peristiwa yang menghancurkan citra justru dapat dibalikan sehingga berbalik menguntungkan. Terlepas dari politik, pribadi ADM juga dipandang cukup dekat dengan rakyat sehingga bercampak secara politik padanya. Bahkan ada yang berpendapat bahwa kata “Anugerah” dari namanya memang tak perlu dilekatkan karena dia merupakan “anugerah” bagi Bolmong.
Kesemua uraian diatas membuat kita berkesimpulan bahwa suara rakyat ke ADM memang pantas. Wajar juga jika perolehan suaranya melebihi caleg dari Bolmong saat pemilu 2004 lalu walau tantangan bagi caleg Bolmong dalam pemilu kali ini sebenarnya lebih besar.
Tulisan ini merupakan pengakuan atas ke fenomenalan ADM, pengakuan terhadap pilihan rakyat, pengakuan terjhadap demokrasi yang telah menyamakan suara rakyat dengan suara Tuhan. Namun tulisan ini belum mengakui kepantasan seorang ADM dalam mewakil rakyat Sulut ke Senayan. Sampai tulisan ini dirampungkan saya masih berpendapat bahwa ADM masih terlalu muda untuk bicara atas nama rakyat di Senayan, terutama Bolmong Raya ingin menjadi Provinsi. Saya katakan belum karena ADM masih perlu membuktikan bahwa dia memang pantas.
Pertarungan untuk memperebutkan hati rakyat telah usai. Rakyat telah  menentukan kepada siapa mereka menggantungkan harapan. fenomena ADM merupakan keberhasilan rakyat Bolmong dalam menunjukan jati dirinya. Siapapun harus mengakui. Kita sebagai bagian dari rakyat patut bersyukur dan mendukung.
Lebih lanjut, ada seorang teman yang bilang bahwa merebut hati rakyat dalam politik sesungguhnya sangatlah mudah karena banyak cara yang bisa ditempuh. Yang terpenting adalah bagaimana setelah hati rakyat berhasil direbut, di sinilah terletak mutiara dari politik. Semoga ADM sebagai sebuah fenomena akan mendapatkan mutiara ini. Dan kita punya kewajiban untuk membantunya.
Akhirnya, semoga fenomena ADM dapat memajukan Bolmong Raya, dapat menjadikan Bolmong sebagai bagian dari fenomena daerah-daerah di nusantara, membuat Bolmong Raya diperhitungkan seperti daerah lain dalam percaturan nasional maupun internasional. Semoga!
***
Ambang Pos, 27 April 2009
Anuar Syukur, SH

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan meninggalkan Komentar...
Tapi maaf komentar Anda perlu dimoderasi, bukan untuk menghilangkan hak Anda berkomentar tapi untuk menghindari penggunaan "kalimat2 yang tidak perlu"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Daftar Isi Blog

Teman di FB