Rabu, 20 Oktober 2010

Hati Tanah…


==Tutuyana==
Hati Tanah…
Heboh. Entah mengapa Inde’ tiba-tiba Inde’ pingsan dan kemudian bicara macam-macam ketika persoalan Avocet didiskusikan.
“Hati tanah itu kusimpan agar bisa dinikmati anak-cucu. Di simpan dalam-dalam agar anak-cucu tak gampang mendapatkannya. Ini hati tanah, anak-cucu, kalian harus membujuknya seperti kalian membujuk calon suami atau calon isteri kalian. Kalau kalian terlalu memaksa dengan membom, kemudian mempergunakan bahan segala rupa, dia akan lari, anak-cucu,” kata Inde’ parau, sepertinya bukan dia yang bicara.
Orang-orang sekeliling kebingungan. “Ambilkan kemenyan, Uang,” teriak Aki.
Tiba-tiba Inde’ marah, dia bangkit dari tidurnya. “Kau tua bangka, tak punya pikiran. Bukan kemenyan yang kuperlukan,” kata Inde’ sambil menunjuk wajah Aki.
Aki kaget, kemudian takut. “Ja…ja…jadi..a..a..apa yang Inde’ butuhkan?” tanya Aki gugup.
“Yang kubutuhkan jaminan kalian agar hati tanah tak diperlakukan seenaknya. Dikatakan hati tanah karena dia memang harus dibujuk, harus disayangi. Kalau tidak begitu, akan berbalik ke kalian sendiri,” Inde’ sekarang berceramah, tangannya seperti menggenggam tongkat walau jelas tak ada tongkat, tubuhnya sekarang membungkuk.
“Hati tanah itu untuk mensejahterakan kalian, anak-cucu. Kalau kalian atau orang lain tak memperlakukannya dengan baik, akan berakibat buruk pada kalian. Apakah sekarang kalian sudah sejahtera?”
Masyarakat yang hadir dan duduk bersilah di rumah panggung menggeleng kepala dan berkata tidak. Bahkan ada yang nyeletuk: “Jalan saja belum diaspal, bagaimana bisa sejahtera?”
“Nah, itulah dampak buruknya. Kalian tidak sejahtera, tapi hati tanah sudah habis semua.”
“Sekarang, apa yang Inde’ butuhkan agar bisa meninggalkan jasad isteri saya? Kasihan dia,” tanya Aki.
“Kalian hanya cukup berjanji agar memperlakukan hati tanah dengan baik. Dan kalau bukan kalian yang mengambil hati tanah itu, maka beritahukanlah kepada mereka. Dan kalian harus sejahtra karena hati tanah itu untuk kalian.”
Setelah orang-orang berjanji, Inde’ pingsan kembali. Kemudian dia menjadi Inde’, isteri Aki, lagi. (21/10/2010)

Catatab: Dalam bahasa Mongondow emas dikatakan "sidalom in buta" yang berarti "hati tanah"

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan meninggalkan Komentar...
Tapi maaf komentar Anda perlu dimoderasi, bukan untuk menghilangkan hak Anda berkomentar tapi untuk menghindari penggunaan "kalimat2 yang tidak perlu"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Daftar Isi Blog

Teman di FB