Rabu, 20 Oktober 2010

Adipura

“Luar biasa sebenarnya torang pe Walikota dengan Wakil Walikota pe program untuk mo kase maju Kotamobagu,” kata Abo’.“Nah, bagitu kua’, akui sesuai realita. Jangan tiap hari ngana baprotes,” kata Bua’.
“Iyo. Beliau berdua nyanda’ cuma ingin Kotamobagu ini maju tapi juga biar terkenal di luar dengan mobawa kamari itu Adipura,” kata Abo’ tanpa memperhatikan sindiran Bua’.

Mendengar itu, tiba-tiba Bua’ meradang. “Ngana ini, memang nyanda’ pake ontak dulu kong bicara. Bukti ada kua’, kiapa ngana bilang Walikota dengan Wakil Walikota mobawa….(maaf disensor, pen). Bapikir dulu kua’ baru babicara. Untung cuma kita yang dengar kalu orang laeng ley dengar no dorang mopermak ngana pebadan. Masa Walikota dengan Wakil mobawa kamari …(maaf disensor, pen)…”
Bua’ terus bicara, Abo’ mendiamkan saja. Melihat napas Bua’ yang tidak teratur, Abo’ pikir akan lebih baik kalau mendiamkan dulu.
“Sudah?” tanya Abo’ ketika Bua’ menghentikan kalimatnya.
“Blum,” ternyata Bua’ hanya membuat jedah untuk menarik napas kemudian bicara lagi. Kecepatan bicaranya bertambah, jika tadinya hanya gigi tiga, sekarang sudah masuk gigi empat.
“Sudah?” tanya Abo’ lagi ketika Bua’ terhenti agak lama. Dengan terus menarik napas, Bua’ menganggukan kepala.
“Jadi, Bua’, Adipura itu penghargaan dari pemerintah pusat for daerah yang bisa bajaga lingkungan. Jangan ngana moruah ka bahasa Mongondow dari somo laeng dia pe arti.”
“Ooo, baditu bi’?” sambut Bua’ dengan suara sudah lemas.
“Iyo. Tagal itu jaga bauni Koran kong baca televisi kua’,” kata Abo’ lagi, kemudian memberikan punggung pada Bua’. (21/10/2010)

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan meninggalkan Komentar...
Tapi maaf komentar Anda perlu dimoderasi, bukan untuk menghilangkan hak Anda berkomentar tapi untuk menghindari penggunaan "kalimat2 yang tidak perlu"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Daftar Isi Blog

Teman di FB