Jumat, 01 Oktober 2010

Akan Pindah


Uyo’ terlihat kegirangan. Senyum sumringah muncul dari wajahnya, gingsul dari bekas jerawat terlihat.
“Wah, kau seperti baru jatuh cinta saja. Jangan sampailah si Putri kau tinggalkan,” kata Ucok si anak Batak.
“Ya, tidaklah Cok. Kegembiraanku kali ini bukan soal perempuan…” Uyo’ terdiam sesaat. “Sebenarnya terkait juga dengan perempuan sih, tapi tak terkait langsung. Dan sama sekali tak terkait dengan asrama…”
“Maksude asmara?” tanya Slamet, si Wong Jowo.
“Iya, iya. Itu maksudku, kegembiraanku terkait dgn perempuan tapi jauh dari asmara, hehehe,” Uyo’ nyengir.
“Apa? Mak kau dapat undian naik haji?” tanya Ucok.
“Bukan Cok, walau aku sangat ingin Mama naik haji namun aku tak berharap dari undian. Aku ingin Mama naik haji karena usahaku sendiri.”
“Trus, naon atu? Mane ko’ senyum-senyum kaya’ urang gelo’ kitu’?” Ujang, si putra Sunda, nimbrung.
“Ini tak terkait dgn kepentingan pribadiku, para Bro. Kegembiraanku ini terkait dengan kepentingan orang banyak.”
Kawan-kawannya semakin penasaran saja namun mereka sadar Uyo’ tak bisa dipaksa dengan kata-kata melainkan cukup dengan tatapan mata saja. Maka enam bola mata yang sama sekali tak indah itupun memandang Uyo’ bersama-sama tanpa bicara.
“Baiklah, baiklah,” senyum Uyo’ semakin melebar. “Ibu kota kabupatenku akan pindah…”
“Lha, memangnya dimana ibu kota kabupaten kau selama ini?” potong Ucok.
Maka Uyo’ terlibat dalam penjelasan yang panjang lebar tentang keunikan pemekaran di daerahnya. Kawan-kawannya yang memang tak mengerti daerah Uyo’ hanya mendengarkan.
“Mun menurut abdi teh, bukan hanya pemekaran daerahmu yang unik, Yo’. Tapi perilaku pengambil kebijakan di daerahmu memang unik,” Ujang berkomentar.
“Aku setuju dengan Ujang. Seharusnya, nek daerahmu akan dimekarkan, seharuse pengambil kebijakane membangun ibu kotane disi’, biar pas pemekaran jadi de’e langsung pindah,” sambung Slamet.
“Seharusnya memang begitu, Jang, Met. Aku juga sempat menuliskan begitu yang membuat banyak pihak meradang. Tapi sekarang ibu kota akan pindah ko’. Aku bersyukur karena tak perlu lagi berdebat dengan orang-orang tua di sana,” kata Uyo’ bijak.
“Pasti kepindahan ibu kota kabupaten kau itu ada apa-apanya, Yo’,” Ucok memprovok.
“Mungkin. Tapi aku tak mau mikir tentang apa-apanya itu, Cok, karena aku bukan Euwis Darlia,” katanya dan meninggalkan teman-temannya yang membuat teman-temannya bengong. (24/9/2010)

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan meninggalkan Komentar...
Tapi maaf komentar Anda perlu dimoderasi, bukan untuk menghilangkan hak Anda berkomentar tapi untuk menghindari penggunaan "kalimat2 yang tidak perlu"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Daftar Isi Blog

Teman di FB