Sabtu, 07 Agustus 2010

Kuda Lahirkan Kotamobagu


Kotamobagu Tidak Sama dengan Kota Baru
Saat ini aku yakin kebanyakan masyarakat di luar eks Sulawesi Utara tak kenal Bolmong. Aku sendiri punya kisah tentang ketidakkenalan orang luar ini. Begini ceritanya (kok seperti di film flash back saja!).
Waktu saya mendaftar di Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Malang, kebetulan yang menerima gadis cantik calon Sarjana Ekonomi jurusan Managemen yang rupanya cocok menjadi wartawan penggali keanehan. Rupanya dia merasa janggal dengan tempat lahirku: Kotamobagu!

“Mas, apa sih Kotamobagu itu?” tanyanya dengan mimik heran.
“Kotamobagu itu artinya Kota Baru, Mbak, Mobagu itu artinya Baru, sedangkan Kota ya Kota,” jawabku yang diteruskan dengan penjelasan panjang (tanpa lebar) mengapa diberi nama Kotamobagu. Karena dia terus bertanya tentang sesuatu yang menurutnya unik, akupun terus menjelaskan sampai detail sejarah Bolaang Mongondow.
Pembicaraan yang luar biasa itu ternyata berdampak baik bagiku. Karena mungkin keasyikan mendengar ceritaku sampai dia lupa menagih uang pendaftaran. Tapi karena aku tergolong orang yang jujur (dan jujur saja aku sebenarnya ingin ketemu dia lagi, maklum obrolan kami asyik dan orangnya…) maka besoknya aku antar uang pendaftaran itu.
“Orang Kotabaru di Bolaang Mongondow ternyata baik, ya,” pujinya dengan senyum terindah.
Tentu saja aku bangga, sayangnya aku hanya bisa menatap wajahnya karena yang ngantri daftar hari itu banyak juga. Apakah perkataannya itu suatu pertanda?
Benar, itu ternyata suatu pertanda karena ketika kuterima Kartu Tanda Mahasiswa ternyata tempat lahirku di Kotabaru, bukan Kotamobagu.
Wah!
****
Terbentuknya Kotamobagu merupakan wujud lain dari devide et impeara penjajah Belanda pada kerajaan Bolaang Mongondow. Ini terjadi pada tahun 1901. Pada tahun 1670, Belanda pernah melakukan hal yang sama dengan cara memprovokasi orang-orang di wilayah yang sekarang bernama Manado, Minahasa Utara, Minahasa Selatan dan Minahasa Tenggara untuk melawan Bolaang Mongondow yang pada waktu itu menguasai wilayah-wilayah ini. Perlawanan ini yang menyebabkan lepasnya penguasaan Bolaang Mongondow atas wilayah-wilayah tersebut. Belanda melakukan ini karena susah mengatur pemimpin Bolaang Mongondow yang menguasai wilayah-wilayah tersebut. Setelah mempersempit wilayah Bolaang Mongondow, Belanda mengangkat anak raja yang sudah mereka didik menjadi raja di Bolaang Mongondow.
Beberapa saat Belanda bisa bernapas legah. Namun raja yang bernama Salomon Manoppo jelas-jelas menunjukan ketidaksenangan pada Belanda. Utusan yang menagih upeti dia usir, juga Regen yang datang langsung dari Manado. Belanda menangkap dan membuangnya ke Tanjung Harapan namun membangkitkan perlawanan rakyat yang membuat Salomon dikembalikan dan memerintah kembali.
Karena susah mengatur Salomon, Belanda mengangkat saudara Salomon dan menempatkannya di pedalaman Bolaang Mongondow. Untuk menyaingi Bolaang yang sudah berkembang maka pusat pemerintahan ini awalnya di beri nama Kotabaru. Kotabaru dari bahasa Melayu, inginnya Belanda sih untuk memproklamirkan bahwa ibu kota ini untuk semua golongan, juga untuk menarik para pedagang dari Arab, Cina dan lainnya ke ibu kota baru ini.
Namun terjadi insiden dengan nama ini.
Wilayah pedalaman Bolaang Mongondow sangat berbeda dengan pesisirnya. Di pedalaman, berbukit-bukit. Karena capek memantau wilayah sekitar dengan berjalan kaki, terlebih rakyat di pedalaman terus melakukan perlawanan, Asisten Regen yang disebut Contreuleur memesan kuda ke Batavia.
Hari berganti, bulan juga, begitupun tahun, namun pesanan tak kunjung datang. Akhirnya karena sudah capek naik-turun bukit di pedalaman Bolaang Mongondow, sang Contreuleur pun bertanya langsung ke Batavia nasib pesanannya. Terjadi perdebatan. Pihak Batavia mengatakan bahwa kuda sudah dikirim tak lama setelah permohonan Contreuleur mereka terima karena pihak Batavia menyadari medan di pedalaman Bolaang Mongondow memang sulit.
Wah, kalau terjadi adu jotos, apalagi terjadi saling tembak antar mereka, aku sangat ingin hidup pada masa itu, hehehe.
Ternyata pihak Batavia memang sudah mengirimkan pesanan dari sang Contreuleur namun nyasar ditempat lain yang juga bernama Kotabaru. Karena insiden itu, Kotabaru di pedalaman Bolaang Mongondow dirubah namanya jadi Kotamobagu.

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan meninggalkan Komentar...
Tapi maaf komentar Anda perlu dimoderasi, bukan untuk menghilangkan hak Anda berkomentar tapi untuk menghindari penggunaan "kalimat2 yang tidak perlu"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Daftar Isi Blog

Teman di FB