Sabtu, 10 Oktober 2009

The Big Dream of Provinsi Totabuan

Anuar Syukur SH*

Pada tahun 1996, seorang teman sesama kader HMI Bogor yang juga aktif di Himpunan Pelajar dan Mahasisa Indonesia Gorontalo (HPMIG), Sri Mulyani Lalijo, bertanya pada saya apakah Bolaang Mongondow akan terus bersama Sulawesi Utara atau akan bergabung dengan Gorontalo?
Saya tak kaget karena keinginan Gorontalo untuk menjadi Provinsi sudah lama didengungkan. Yang mengejutkanku adalah pertanyaanya yang begitu pasti seakan Provinsi Gorontalo jadi besok padahal menurutku sangat imposible. Soeharto tak membuka peluang waktu itu, juga opini di Sulawesi Utara memandang pemisahan Gorontalo tidak visible. Karena itu, pertanyaannya kujawab juga dengan sesuatu yang (kurasa) imposible: Bolaang Mongondow juga akan mandiri menjadi sebuah Provinsi!
Jawabanku yang sedikit didorong ego memang mengisyaratkan pada teman saya itu bahwa kalau cuma mimpi akupun bisa. Namun alangkah kaget dan malunya saya ketika Provinsi Gorontalo terbukti tak lama setelah reformasi. Untunglah waktu itu saya sudah di timur Jawa dan sudah tak pernah bertemu dengannya.
Jujur saja sampai detik ini saya masih berpikir jawaban yang tepat kalau kami bertemu. Mungkin akan kukatakan bahwa daerahnya diuntungkan oleh reformasi. Tapi jawaban ini riskan. Bisa jadi dia akan balik nanya: kenapa kalian tak memanfaatkan reformasi? Akhirnya kuputuskan untuk mengatakan bahwa tekad rakyat Gorontalo telah mengguncang singgasana Tuhan sehingga Tuhan memberikan apa yang mereka harapkan. Jawaban yang fatalis dan terkesan goblog namun hanya aku yang kena.
Pembentukan Provinsi Gorontalo, selain telah lama juga berjalan secara sistematis. Pemerataan opini tentang pentingnya kemandirian Gorontalo dilakukan serta panitia dibentuk. Kerja panitia tak hanya melobi Provinsi maupun pusat tapi juga melobi orang-orang kuat di kedua wilayah agar dapat berjuang bersama-sama, bahkan panitia serta rakyat dapat memperkuat posisi orang-orang kuat tersebut atau memunculkan orang kuat lain yang benar-benar konsern untuk mewujudkan cita-cita rakyat. Individu atau organisasi yang dapat membentuk opini juga dibantu. Saat di Malang, Forum Mahasiswa Peduli Daerah (FMPD) Bolaang Mongondow sempat menghadiri seminar yang diadakan HPMIG Malang di mana yang dihadiri tokoh-tokoh Gorontalo di Jawa serta mendatangkan beberapa pejabat berkompeten dari pusat.
Tekanan dari seluruh elemen masyarakat Gorontalo ini telah menempatkan Gorontalo dalam gerbong pertama pemekaran.
Sekarang, bagaimana dengan Bolaang Mongondow yang saat ini sedang getol mengopinikan pembentukan Provinsi? Siapa-siapa orang kuat yang telah ditempatkan di daerah, Provinsi maupun pusat entah di eksekutif maupun legislatif? Siapa atau mana-mana kelompok—baik di daerah, Provinsi, maupun pusat—yang mampu menggalang opini sehingga cita-cita rakyat Bolmong akan tercapai? Jika kita telisik, harus kita akui Bolmong belum punya semua perangkat itu.
Di pusat sebenarnya ada beberapa orang yang selama ini telah membangun kekuatan di sana. Mereka punya jaringan yang baik tapi belum punya kedudukan walau beberapa sudah bisa mempengaruhi kebijakan. Mereka bisa diperjuangkan untuk menjadi orang kuat di pusat. Di Provinsi kita telah kehilangan seorang Drs Syachrial Damopolii yang telah dua periode memimpin Dewan Provinsi. Semoga hasil Pemilu ini akan mendapat pengganti yang tepat. Di daerah orang-orang kuat kita saling tikam hanya karena ingin memperjuangkan kepentingan. Walhasil, kita nyaris tak punya orang kuat yang bisa mempengaruhi kebijakan dalam mewujudkan cita-cita masyarakat Totabuan di semua tingkatan.
Dari segi penggalangan opini, nyaris semua individu maupun kelompok justru menumpukan opininya ke daerah di manapun dia berada. Walhasil, semua menjadi hebat ketika di daerah sementara di luar Bolaang Mongondow tak ada apa-apanya. Jika tak mengundang tersinggung, saya ingin katakan kita bagai katak dalam tempurung.
Memang sungguh berat mengopinikan Bolaang Mongondow di luar. Saya dan teman-teman sempat mencoba. Di mulai dari Forum Mahasiswa Peduli Daerah (FMPD), kemudian berlanjut ke Perhimpunan Putra Totabuan (Pinotaba). Kedua organisasi ini (kalau bisa dikatakan begitu) merupakan organsiasi yang benar-benar mandiri, sekali kami mendapatkan data dari daerah tapi tak pernah dalam bentuk rupiah. Dengan modal patungan kami mencoba mengurai tentang Totabuan pada orang luar. Dua kali kami menerbitkan buletin “Putra Totabuan” dan membuat website yang beralamat www.geocities.com/putratotabuanonline, sebuah website gratis karena kami tak punya uang. Namun sampai kami pulang, kami belum sampai pada memperkenalkan potensi di tanah kelahiran karena kami diharuskan menjawab pertanyaan di mana dan apa itu tanah Totabuan. Karya kami ini, terutama website masih bisa Anda akses namun tentu tak update lagi. Saat ini Pinotaba sama dengan lainnya yang hanya bisa bersuara di dalam rumah. Ya, mirip kodoklah!
Karena kondisi ini, kita harus menerima dengan lapang dada jika para Uyo’ dan Nanu’ yang seharusnya menjadi duta daerah tak banyak bersuara di luar sana. Kita juga harus maklum jika banyak putra Totabuan yang mengaku dari Manado jika di luar seakan Totabuan hanya tempat persinggahan.
Dalam kondisi ini, Provinsi Totabuan—atau apapun namanya—hendak dilahirkan. Kita baru melahirkan saja sudah susah, apalagi ketika akan membesarkan.
Melihat kondisi sekarang, Provinsi Totabuan nyaris seperti mimpi besar. Namun, bagaimanapun mimpi ini harus diwujudkan. Seperti bangsa Indonesia yang meredeka berbekal sebuah mesin ketik, Bolaang Mongondow-pun harus berani melakukan ini. Tapi ketika mimpi ini terwujud, kita harus segera bangkit. Jangan lagi seperti binombulow yang bekerja dengan mata tertutup. Kita harus bangun dengan sebenar-benar bangun dalam memperbaiki semuanya.
Kita harus memikirkan penempatan orang-orang kuat di tiap tempat, orang-orang kuat yang benar-benar memperhatikan rakyat. Kita harus bisa membentuk individu maupun kelompok yang mampu mengopinikan tanah Totabuan.
Kata orang, Gorontalo besar karena mereka mampu mengopinikan. Kenapa kita tidak bisa seperti mereka? Mungkin juga kita takut karena setitik karyapun kita belum punya!
***
* Penulis adalah Putra Totabuan, tinggal di Motoboi Kecil-Kotamobagu Selatan

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan meninggalkan Komentar...
Tapi maaf komentar Anda perlu dimoderasi, bukan untuk menghilangkan hak Anda berkomentar tapi untuk menghindari penggunaan "kalimat2 yang tidak perlu"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Daftar Isi Blog

Teman di FB