Doa…

==Lolako==

Uyo’ sedang asyik berdiskusi dengan kawan2nya ketika hpnya berbunyi. Rupanya ada sms yang sangat short alias pendek yang membuat kening Uyo’ mengkerut. SMS itu dari tantenya yang pejabat namun pelitnya na’udzubillah, Dan rupanya tantenya tak hanya pelit di duit tapi juga pelit dikata-kata. Coba baca smsnya:

“Yo’, doakn tte dr ada mtsi, smg tte bagti yg lebe tnggi”

Pembaca tak tahukn mksdnya? Hehehe, yg nuli juga nggak begitu tahu sebenarnya.

“Aya’ naon, Yo’?” tanya Ujang.

“Iyo Yo’, ono opo? Bibirmu ko’ koyo’ bibir lohan gitu?” Slamet menimpali.

Uyo’ tersenyum, kemudian terkekeh. “Ada mutasi di daerah dan Tanteku minta didoakan agar dia bisa menggantikan orang yang jabatannya lebih tinggi,” Uyo’ menerangkan.

“Bah, Tante kau itu pelit tapi kemaruk, Yo’,” sambut Ucok.

Uyo’ mendelik ke Ucok. “Dia tanteku, kau tak boleh bicara begitu,” kata Uyo’ marah. Uyo’ memang termasuk sosok yang unik. Dia bisa marah dan bicara apa saja tentang keluarganya, tapi orang luar jangan bicara macam-macam.

“Yo wis, kita doakan saja, Yo’. Semoga beliau mendapatkan jabatan yang beliau harapkan dan hatinya terketuk sehingga tak pelit lagi,” Slamet mendamaikan tapi justru membuat Uyo’ mendelik padanya.

“Tapi apa doa kami diterima leluhurmu, Yo’?” tanya Ujang.

“Doa mah bukan leluhur yang akan menerima, Ujang. Tapi Tuhan. Dan siapapun yang berdoa, sepanjang itu untuk kebaikan, Insya Allah Tuhan akan mengabulkan,” jawab Uyo’ gemes.

“Lain kitu, Yo’. Masalahna mah, ini kan urusan internal daerahmu. Kalo kami doa gimana?” tanya Ujang lagi.

Ketiganya tertawa mendengar pertanyaan Ujang. “Hei, Jang. Kalau untuk kebaikan, kau berdoa untuk siapa saza tak mazalah. Kecuali kau mau jadi Bupati di temapatnya Uyo’, baru itu cari mazalah namanya,” kata Ucok.

Artikel Terkait: