Catatan untuk penguasa
Duhai betapa anggunnya dikau
Dengan pakaian kebesaran
Yang benar-benar besar
Walau tak nampak mata
Namun nyata
Kau lingkupi semesta
Kaulah pengatur besar-kecilku
Kaulah penentu masa depanku
Kaulah pelindung juga penindasku
Aku benar-benar takluk
Namun aku tak mau sujud
Aku tak mau menyembah
Penolakanku bukan karena egois
Karena aku bukan iblis
Yang menolak perintah Tuhan
Untuk sujud kepada Adam
Penolakanku karena kasihan
Aku dan kau sama manusia
Walau kau lebih berkuasa
Namun aku diperintahkan Tuhan
Untuk tak menjadikanmu Firaun
Dan jika kau ingin jadi Firaun
Itu terserah padamu
Namun jangan sekali-kali
Kau suruh aku
Untuk menyembahmu
Karena…
Takutku pada Allah lebih besar
Daripada takutku padamu
Kebun Longkoyan
Minggu, 29 April 2007
mereka yg kini duduk disinggasana
BalasHapussebenarnya hanya meminjam kuasa
mandat itu diberi karena rasa percaya
bahwa mereka sanggup memegang amanah
salah dan dosa besar jika mereka merasa penguasa
yang dapat berbuat seenak perutnya
yang berbuat dholim kepada rakyatnya
kita sebagai rakyat tak pantas datang menjilat dan menyembah
karena rakyatlah pemegang kuasa sesungguhnya
sampai suatu ketika rakyat menunjukkan kemarahannya dia tumpahkan saat pilkada
engkau tak lagi dipercaya,engkau menderita kalah.......kalah......kalah.......rakyat muak dan kau dilengserkan dari takhta............lalu siapakah yang berkuasa?
rakyat tentu saja......karena suara rakyat suara Tuhan........
Semoga itu dipikiran mereka
BalasHapusKarena tak jarang kekuasaan melupakan segalnya
Benar sekali Pak Idrus, memang rakyatlah yang memegang kuasa. Namun benar juga anonim ini, kekuasaan tak jarang melupakan apa pun. Nyaris seperti Zainudin MZ katakan bahwa ketika berusaha merebut hati rakyat, selalu membaca ayat kurs, tapi setelah kursi didapatkan maka rakyat dilupakan.
BalasHapusSungguh lucu terkadang sikap penguasa, juga tak jarang menimbulkan amarah. Semoga lebih baik ke depannya..