1
Tawakal
Sholat Id di lapangan Molinow. Molinow pusat Syarikat Islam (SI) yang melakukan Perlawanan |
Namanya Tawakal, nama dari kalangan
pertengahan, tidak ke nama para bangsawan yang biasanya mirip dengan nama
Bolanda seperti Laurens Cornelis yang sedang memerintah saat itu, tidak juga ke
nama tuangi lipu' yang namanya sesuai nama tumbuhan, hewan atau suatu
kerajinan--contohnya Aki Bonok yang dipanggil Ama’ oleh Tawakal.
Tawakal itu nama Islam, agama yang dibawa Imam Touke dari
Gorontalo. Anak Imam Touke, Killingo telah memikat tuang Datu Jacobus Manoppo
sehingga membuat tuang Datu melamarnya. Lha wajarlah tuang Datu terpikat,
Killingo itu menurut cerita orang-orang tua, cantiknya tiada tara.
Wajahnya seperti bulan, hidungnya
mancung, matanya indah sehingga membuat siapapun akan terhipnotis kedalamnya.
Tak hanya cantik, suara Kilingo juga menghanyutkan--menurut Aki Bonok, Tuang
Datu benar-benar tenggelam saat Kilingo melantunkan qasidah. Ketika dilamar,
Kilingo hanya meminta tuang Datu untuk mengucapkan kalimah syahadat. Maka
resmilah tuang Datu memeluk agama Islam, bahkan tuang Datu memerlukan waktu
untuk menghadap Residen di Manado untuk melaporkan ke-Islam-annya. Karena tuang
Datu sudah memeluk Islam maka diapun diberi gelar Sultan.
Walau tuang Datu sudah bergelar Sultan dan telah mayoritas
penduduk beragama Islam namun pemakaian nama Islam belum lazim. Ini yang
Tawakal herankan terkait dengan namanya. Nama Islam biasanya hanya terkait
dengan pemangku agama atau pegawai syar'i. Tawakal selalu bertanya-tanya tentang hubungannya dengan pemuka agama.
"Benar Udul, engkau memang punya kaitan dengan pemuka
agama," kata Aki Bonok.
Kemudian Aki Bonok menceritakan bagaiman Tawakal ditemukan.
Saat itu Aki Bonok sedang berada di gubugnya di Lopa' Kobiagan. Pada suatu
malam, Aki Bonok bermimpi didatangi kucing berwarna cokelat muda yang anehnya
bisa bicara. Kucing itu menitipkan sebutir benih yang diminta ditanam dan
dirawat karena benih tumbuhan tersebut kelak akan bermanfaat. Kucing itu juga
berpesan agar benih tersebut diberi nama Tawakal. Besoknya, dia menemukan bayi
dipinggir sungai. Bayi itu diletakan di dalam kotak kayu yang didalamnya
diletakan daun pisang yang juga berfungsi sebagai selimut sang bayi. Aki Bonok
pun mengambil dan memelihara anak itu dan diberi nama Tawakal.
Menurut Aki Bonok, orang tua Tawakal adalah anak buah
Hatibi Dibo Mokoagow yang melakukan perlawanan ketika pusat pemerintahan tuang
Datu dipindahkan dari Bolaang ke Kotabaru oleh Belanda. Juga oleh Belanda,
tuang Datu Ridel Manoppo diganti oleh
tuang Datu Cornelis Manoppo. Ini yang membuat Khatib masjid kerajaan di
Bolaang itu marah. Setelah sholat Jumat, Hatibi Dibo dan anak buahnya memotong
tiang bendera Belanda di halaman istana kerajaan dan di pelabuhan Lombagin. Karena
kalah senjata, Hatibi Dibo berhasil ditangkap Belanda dan ditembak mati di
Kotabunan, sisa pasukannya lari menyelamatkan diri. Salah satu pasukannya,
menurut sahibul hikayat, lari melalui pegunungan Antotangoi dan akhirnya
memilih berdiam di gunung Sampaka. Di gunung ini, dia dan isterinya yang ikut
lari telah menjelma menjadi kucing berwarna cokelat muda.
Tawakal tercenung. Sesungguhnya dia tak begitu percaya
dengan cerita itu. Lha, bagaimana bisa manusia berubah menjadi kucing? Lagi pula,
peristiwa Hatibi Dibo terjadi pada awal pemindahan ibu kota kerajaan sementara menurut Aki Bonok, dirinya ditemukan di akhir
pemerintahan tuang Datu Cornelis Manoppo—bagaimana bisa dia dilahirkan oleh
orang yang sudah demikian lama menghilang? Bagaimana juga dua ekor kucing bisa
melahirkan manusia walau mereka hanya beralih wujud?
Keraguan Tawakal
ini dikuatkan oleh Abah Ali, guru mengajinya. Dengan tegas Abah Ali mengatakan
bahwa tidak mungkin manusia bisa berubah menjadi mahluk Allah lainnya.
“Saya dengar
dari teman, ada yang mengatakan manusia berasal dari monyet. Lha, kalau manusia
itu dari monyet, terus bagaimana dengan pernyataan Allah bahwa manusia itu
diciptakan dengan diperbagus rupa serta pemikirannya dan diangkat sebagai
khalifah di bumi Allah ini? Ada-ada saja pemikiran manusia ini, disangkanya dia
bisa melebihi kekuasaan Allah,” kata Abah Mansyur ketika pengajian di masjid.
Walau Abah
telah mengatakan begitu dan hati Tawakal memang sudah meragukan cerita Aki
Bonok sejak awal, namun entah mengapa hatinya merasa tenteram ketika berpikir
bahwa dirinya anak dari anak buahnya Hatibi Dibo walau orang tuanya telah
berubah menjadi kucing yang berdiam dipuncak gunung Sampaka. Lha wajar-wajar
saja. Jika bukan anak dari anak buahnya Hatibi Dibo, bisa-bisa dia dicap
penduduk anak haram jadah.
Anak haram
menurut tradisi adalah anak hasil penyelewenangan yang biasa disebut dengan monualing yaitu lelaki dan perempuan
masih sama-sama terikat dalam pernikahan tapi menyeleweng, atau mokitualing yaitu perempuannya masih
terikat pernikahan kemudian menggoda perjaka.
Pada zaman
Punu’ Tadohe, ketika diikrarkan sumpah Paloko-Kinalang, sang Punu’ pertama kali
mengeluarkan larangan untuk monualing
maupun mokitualing ini. Dan bagi yang
melanggar larangan, hukumannya sangat berat, yaitu dimasukan ke bubu, sejenis alat penangkap ikan,
kemudian dibuang ke laut. Menurut penuturan para orang tua yang Tawakal dengar,
larangan itu bersumber dari kakak Tadohe yang bernama Dodi Mokoagow telah
menyeleweng dengan Pingkan isteri Matindas yang mengakibatkan Dodi Mokoagow
terbunuh oleh Matindas. Rupanya sang Punu’ merasa malu dengan perbuatan
kakaknya itu. Bagi orang Mongondow malu atau oya’ memang sangat dipegang teguh sehingga muncullah larangan itu.
Lha, jika
dirinya anak hasil penyelewengan orang tuanya, entah orang tuanya monualing atau mokitualing, alangkah malunya Tawakal. Karena itu, dia membiarkan
saja cerita orang-orang bahwa dirinya adalah anak dari anak buah Hatibi Dibo
yang telah berubah menjadi kucing. Lagi pula, nampaknya masyarakat lebih
percaya pada cerita itu dibandingkan penegasan dari Abah Ali yang didasarkan
pada firman Allah dan rasionalitas manusia.
Lagi pula,
jika perkataan anak haram diletakan pada tempatnya, rasanya begitu banyak anak
haram. Lha, begitu banyak anak gadis yang hamil di luar nikah—kan
anak mereka juga seharusnya tergolong anak haram?
Namun
penilaian berdasarkan tradisi cukup berbeda. Bahkan, tak jarang muncul
kegembiraan ketika dikaitkan dengan anak haram model begitu. Menurut yang
Tawakal dengar, Porobis Goros sesungguhnya tergolong juga pada anak haram. Porobis
Goros itu anak penguasa yang disuguhkan gadis, ya ibunya Porobis Goros itu,
saat sang penguasa sedang melakukan turuney
ke kampungnya. Dan persoalan turuney
itu diceritakan berulang-ulang oleh Porobis Goros sendiri dengan bangganya,
keluarga Porobis Goros juga demikian bangganya, dan berbekal keberadaannya
sebagai anak haram dari sang penguasa, Goros pun menjadi Porobis sejak masa
mudanya hingga saat ini. Porobis Goros sesungguhnya sangat ingin menjadi
Sangadi di kampung Dotamonag, tapi Datu yang bijaksana itu melihat sang Goros
tak begitu dekat dengan masyarakat.
Tawakal merasakan
ketidakadilan dalam sudut peristilahan. Dan bicara tentang turuney, Tawakal
memang sangat membenci istilah itu. Semua bersumber dari hubungannya dengan
Rintok.
Rintok memang
seperti tubuhnya, dia mungil. Karena kemungilannya, orang-orang menyangka dia
tak mungkin mendapat keturunan. Karena itu, untuk mengangkat derajat keluarga,
banyak yang menyarankan—termasuk keluarganya—agar Rintok menjadi suguhan untuk
turuney saja. Bahkan ketika Tawakal memberanikan diri untuk melamar Rintok
sekalipun, orang-orang tetap menganjurkan agar Rintok menjadi suguhan untuk
turuney saja dibandingkan dengan menikahi Tawakal yang tidak jelas asal usulnya
dan miskin pula. Untunglah Rintok cukup teguh hatinya, semua karena jiwa agama
yang ada pada diri Rintok. Tawakal dan Rintok sama-sama murid Abah Ali.
Agama memang
bekal dalam menghadapi persoalan sebesar dan seberat apa pun. Aki Bonok, entah
mungkin untuk memperkuat cerita yang dia hembuskan tentang keberadaan Tawakal,
benar-benar telah mendorong Tawakal untuk mengaji Islam.
Atau mungkin
juga Tawakal anak dari Aki Bonok dengan perempuan entah siapa. Aki Bonok tak
pernah menikah sampai ajal menjemputnya beberapa bulan setelah Tawakal menikah.
Tapi, tak harus semua pernikahan diketahui masyarakat kan?
Kehidupan Aki Bonok yang berbulan-bulan di kebunnya di Lopa’ Kobiagan—Aki Bonok
hanya pulang kampung hari Kamis dan kembali lagi ke kebun selepas sholat Jumat—bisa
saja membuka peluang untuk hal-hal apa pun. Juga, tidak menikah bukan berarti
tidak berpeluang untuk punya anak kan?
Untuk yang
terakhir ini, memang cukup jauh dari sosok Aki Bonok yang memegang teguh
prinsip-prinsip agama. Tapi bisa saja dia khilaf. Dan bagi Tawakal, andaipun
dia anak Aki Bonok diluar pernikahan maka tak akan dia persoalkan. Bagaimanapun
Aki Bonok telah memeliharanya sampai dia dewasa dan menikah, itu sudah
merupakan tanggung jawab seorang Bapak. Juga, dalam tradisi saat itu, tak ada
persoalan—terlebih jika perempuannya masih gadis.
Walau pun Aki
Bonok menolak mengaku sebagai orang tua Tawakal namun rasa terimakasih Tawakal
padanya tak akan berkesudahan. Aki Bonok tak hanya telah memeliharanya sampai
dia dewasa, bahkan Aki Bonok yang telah membelanya saat pernikahan dengan
Rintok. Saudara kandung Aki Bonok yang dua orang itu menolak tegas Tawakal
menikahi Rintok karena tergiring pernyataan orang-orang bahwa Rintok tak akan
memberinya keturunan.
“Memangnya
kalian ini Tuhan sehingga anggapan kalian merupakan kepastian? Jika Allah
berkehendak maka kehendaknya yang akan terjadi, bukan kehendak kalian,” bentak
Aki Bonok ketika saudara serta keponakan-keponakannya mencoba berdebat.
Sebulan setelah
pernikahan itu, Aki Bonok pun meninggal.
Ah, kenapa
juga terlalu aku pikirkan? Namaku Tawakal yang menurut Abah Ali berarti pasrah,
berserah diri pada apa pun ketentuan Allah. Maka biarlah kupasrahkan semua yang
tak kuketahui ini pada Allah. Wallahualam bishawab.
Tawakal pun
berdiri dan memandangi kebun peninggalan almarhum Aki Bonok di Lopa’ Kobiagan. Besok
dia akan mengadakan posad. (ATS)
===============
Tulisan ini merupakan bagian pertama bakal novel yang diberi judul Ganigir Tanpa Mendung
===============
Tulisan ini merupakan bagian pertama bakal novel yang diberi judul Ganigir Tanpa Mendung
kunjungan gan.,.
BalasHapusbagi" motivasi.,.
Kegagalan tidak seharusnya membuat kita rapuh .,.
tapi justru itulah cambuk kita menuju kesuksesan.,.
di tunggu kunjungan balik.na gan.,.,